Senin, 05 Oktober 2015

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 4 Harmonisasi Fatal dan Vital


Harmonisasi Fatal dan Vital
Venti Indiani | 15709251057
Pend.Matematika PPs UNY 2015

Kembali lagi pada tulisan mengenai filsafat yang terinspirasi oleh mata kuliah Filsafat Ilmu yang disampaikan oleh Prof. Dr Marsigit,MA pada Pascasarjana Prodi Pendidikan Matematika Kelas A pada pertemuan keempat hari Selasa tanggal 29 September 2015 pukul 11.10 – 12.50 WIB di Ruang Kuliah R.305B Gedung Lama Universitas Negeri Yogyakarta.

Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta semesta seisinya tentu mempunyai zat yang Agung. Zat Tuhan dalam setiap agama mempunyai aturan-aturan dan kepercayaannya masing-masing. Sejatimya zat yang ada pada setiap makhluk ciptaan Tuhan merupakan zat Tuhan. Jika ada yang mengatakan telah menemukan zat Tuhan maka hal ini tidaklah menjadi sesuatu yang mengherankan jika kita telah mengenal filsafat. Mengapa demikian? Ketika “aku pegang kepalaku, aku pegang rambutku maka sejatinya aku telah memegang zat Tuhan”. Berdasarkan sudut pandang filsafat, rambut, kepala dan semua ciptaan Tuhan merupakan zat Tuhan. Sebenar-benarnya hakekat kehidupan adalah kehidupan yang harmoni, yaitu keadaan dimana adanya keselarasan dan keseimbangan antara fatal dan vital. Hidup fatal merupakan kehidupan bagi mereka yang menyerahkan sepenuhnya kehidupannya kepada nasib dan takdir tanpa adanya semangat dan perjuangan. Sedangkan hidup vital adalah kehidupan orang-orang yang hanya mengandalkan ikhtiar saja. Paham vital ini tidak percaya akan adanya kekuatan doa, takdir serta nasib. Pola pikir kaum vitalisme tersebut menganggap bahwa takdir itu ditentukan sendiri oleh usaha manusia seutuhnya. Maka sebenar-benranya hidup adalah keseimbangan dinamika interaktif yang selaras antara fatal dan vital.


Dalam firmanNya Tuhan bersabda “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau bukan dia sendiri yang mengubahnya” maka dengan adanya ayat tersebut, manusia diwajibkan berikhtiar. Jika kita mempunyai mimpi, maka kejarlah impianmu. Berusaha lah sekeras mungkin, berdoalah seikhlas mungkin. Tuhan tidak akan pernah menutup mata untuk itu. Karena sebagian yang telah Tuhan takdirkan, tentu atas KuasaNya, bisa Tuhan ubah. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang tak mungkin bagi Tuhan. Kita sebagai manusia hanya mampu berikhtiar dan berdoa. Keputusan mutlak ada pada Sang Pencipta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar