Senin, 26 Oktober 2015

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 8 Menembus Ruang dan Waktu

Menembus Ruang dan Waktu
Venti Indiani | 15709251057


Assalmualaikum warohmatullohi wabarokatuh
Berikut merupakan refleksi dari pertemuan ke enam sesi kedua perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 20 Oktober 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Sesi kedua berisi kegiatan tanya jawab antara mahasiswa dengan Prof. Dr. Marsigit, M.A dengan tema “Menembus Ruang dan Waktu”. Berikut merupakan rangkuman dari sesi tanya jawab:


Pertanyaan pertama dikemukakan oleh Ibu Retno Kusuma Dewi.
”Terkait dengan struktur batu yang menembus ruang dan waktu, diketahui bahwa struktur batu itu terkait dengan 4 dimensi: material; normatif;  formal dan spiritual. Mengapa dalam tes filsafat menembus ruang dan waktu hal tersebut berbeda dengan pemahaman saya?”

Tanggapan Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Struktur yang telah disebutkan tadi hanyalah salah satu struktur dari bermilyar-milyar struktur yang tidak akan ada habisnya dari yang ada dan yang mungkin ada. Struktur itu selain banyak juga beragam jenisnya. Misalnya siang dan malam merupakan struktur dunia, yang sadar maupun tidak sadar kita tetap mengalaminya. Atas dan bawah itu juga merupakan struktur, kiri dan kanan itu juga struktur, jauh dan dekat itu pun merupakan struktur. Mengapa? Karena sejatinya berfilsafat itu  intensif (sedalam-dalamnya) dan ektensif (seluas-luasnya). Maka sebenar-benarnya hidup yang terdiri dari milyaran struktur baik dari satu sampai seribu dari indikator baik dan buruk maka kita reduksi sebagai sebuah kesuksesan. Orang yang sukses dewasa ini misalnya mahasiswa mempunyai leptop, punya handphone dan sebagainya. Kesuksesan dewasa ini adalah anda yang lulus ujian maka kalau anda ingin sukses, bersopan dan santunlah terhadap ruang dan waktu. Maka dari itu seimbangkanlah antara yang diam dan tetap dengan menembus ruang dan waktu. Jaganlah terlalu khawatir dalam menembus ruang dan waktu, jangankan manusia, jangankan binatang, jangankan tumbuh-tumbuhan batu pun yang hanya diam di tempatnya dapat dan mampu menembus ruang dan waktu. Yang jadi masalah dalam hidup ini adalah bagaimana kita punya keterampilan dalam menembus ruang dan waktu. Tes menembus ruang dan waktu sebagai contoh bahwa untuk menembus ruang dan waktu diperlukan pebendaharan kata yang banyak. Sebenar-benar dunia itu adalah bahasa. Maka filsafat bahasa atau filsafat analitik mengungkapkan bahwa dunia itu adalah kata-katamu maka sebenar-benar kata-katamu itulah menunjukkan duniamu, maka berhati-hatilah dalam berkata. Karena dunia di sisi spiritual, kata-kata adalah doa. Kata-katamu menujukkan spiritualitasmu. Maka berhati-hati pula kalau marah. Karena marah merupakan diterminis. Diterminis merupakan cara menembus ruang dan waktu yang salah. Maka perjuangan hidup yang benar adalah menembus ruang dan waktu secara bijaksana. Melalui tes menembus ruang dan waktu dapat memberikan kita pemahaman dalam menembus ruang dan waktu dengan mengintensiskan keterampilan. Seperti halnya batu, bilangan pun memiliki caranya tersendiri dalam menembus ruang dan waktu, misalnya filsafatnya bilangan, ontologisnya bilangan, abtraksinya bilangan, kepercayaannya bilangan, ragu-ragunya bilangan dan sebagainya. Namun perlu diperhatikan bahwa memahami bilngan berbeda dengan batu. Batu letaknya di luar pikiran sedangkan bilngan letaknya di dalam pikiran. Batu dapat digunakan untuk mensimulasikan menembus ruang dan waktu dengan caranya sendiri. Artinya berfilsafat itu bisa berangkat dari sebuah batu, berangkat dari sebuah bilngan, berangkat dari sebuah manusia, dan seterusnya. Maka dalam filsafat, membangun dunia diperlukan keterampilan menembus ruang dan waktu. Agar dapat menembus ruang dan waktu dengan baik, sesuai dengan maksud dan tujuan diperlukan perbendaharaan kata. Misalnya kepercayaan terletak antara hubungan antara subjek dan objek, atau antara wadah dan isi. Hubungan maksudnya menghubungkan antara yang di luar dan di dalam diri. Maka berfilsafat itu tidak rumit, semua pertanyaan telah ada jawabannya dalam Blog Prof. Dr. Marsigit, M.A melalui elegi-elegi yang ditulisnya. Namun memang diperlukan ketelatenan untuk mampu mendalami maksud dari filsafat itu. Karena berfilsafat tidak seperti "mencari kerikil di halaman" yang langsung ditemukan begitu saja. Sejatinya fungsi tes bukanlah hanya menguji pemahaman tapi juga mengadakan yang mungkin ada. Anda menyadari bahwa ternyata “aku belum mengerti” itu penting. Karena sebenar-benar orang sombong adalah orang yang merasa mengerti padahal dia belum mengerti. Itulah sebenar-benar musuh filsafat. Memerangi diri sendiri lebih berat dari pada memerangi orang lain.


Pertanyaan berikutnya dikemukakan oleh Sdri. Evvy Lucyana.
“Bagaimana filsafat memandang sebuah kepercayaan. Misalkan saya punya teman tetapi saya selalu tidak percaya terhadap teman saya itu.”

Tanggapan Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Percaya itu ada diluar dan di dalam. Terdapat pada hubungan antara subjek dan objek. Jika kamu sebagai subjeknya maka diluar dari dirimu itu adalah objeknya. Maka percaya di dalam hati naik di pikiran. Di dalam pikiran turun ke hati. Maka dalam berfilsafat mencari kepastian dan membuktikan kebenaran. Tetapi setelah kamu mencari kepastian maka disitulah kamu tertangkap oleh ruang dan waktu yang salah sebagai mitos. Kepercayaan sebagai mitos, kecuali kepercayaan itu sebagai keyakinan di hatimu. Mitos artinya sebatas yang dipikirkan. Itulah sebabnya filsafat membongkar kepastian itu dari pikiran ke hati sebagai fenomena yang ada. Rene Desrcates bermimpi dan tidak mampu membedakan antara mimpi dan bukan mimpi. Sampai meragukan semuanya. Sampai keyakinannya pun diragukan. Siapa yang bisa menjamin ini bukan mimpi. Karena di dalam mimpi ada siang dan malam. Satu-satunya kepastian yang tidak bisa dibantah adalah “aku sedang bertanya”. Bertanya berarti sedang berpikir. Maka aku ada karena aku berpikir. Aku ada karena aku berkarya.


Demikian merupakan refleksi dari sesi tanya jawab perkuliahan filsafat ilmu pertemuan ke enam. Semoga dapat menambah khasanah keilmuan kita. Terimakasih.

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh


Filsafat Ilmu: REFLEKSI 7 Tes Jawab Singkat Menembus Ruang dan Waktu

Bahkan Batu pun Menembus Ruang dan Waktu
Venti Indiani | 15709251057


Assalmualaikum warohmatullohi wabarokatuh
Berikut merupakan refleksi dari pertemuan ke enam perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 20 Oktober 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Sesi pertama perkuliahan ini diawali dengan tes jawab singkat dengan tema “Menembus Ruang dan Waktu”. Berikut merupakan rangkuman dari tes jawab singkat:

  •  ONTOLOGINYA BATU : ontologi terkait dengan hakekat dari batu itu sendiri maka hakekat dari batu itu adalah WADAH dan ISI.
  • METAFISIKANYA BATU : metafisika merupakan sesuatu yang tersembunyi maka hal yang tersembunyi dari batu adalah sifatnya yaitu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA.
  • EPISTIMOLOGI BATU : epistimologi merupakan kebenaran maka espistimologi batu adalah SUMBER, PEMBENARAN, dan MANFAAT.
  • FATALNYA BATU : fatal merupakan takdir maka fatalnya batu adalah ABSOLUT/KEPASTIAN.
  • VITALNYA BATU : vital berarti berusaha maka vitalnya batu adalah SUBJEK BATU YANG BERIKTIAR. Batu tidak bisa beriktiar maka yang berikhtiar adalah subjeknya.
  • KETETAPAN BATU : ketetapan berarti penciptaan maka ketetapan batu adalah KUASA TUHAN.
  • RELATIFNYA BATU : relatif berarti tidak pasti maka relatifnya batu adalah BATU-BATUAN yang belum diketahui batu jenis apa.
  • SPIRITUALNYA BATU : spiritual batu adalah batu yang digunakan sebagai penghubung subjek dengan Sang Pencipta. Maka spiritualnya batu adalah TASBIH.
  • NORMATIFNYA BATU : normatif terkait dengan ilmu pengetahuan tentang batu. Maka normatifnya batu adalah JUMLAH BATU atau MACAM-MACAM BATU.
  • ESTETIKANYA BATU : estetika merupakan keindahan maka estetika batu adalah CINCIN, BATU HIAS, atau AKIK.
  • FORMALNYA BATU : BATU PERESMIAN, MONUMEN, PRASASTI.
  • DETERMINISNYA BATU : determinis merupakan yang menetukan, maka determinisnya batu adalah BATU BESAR MENIMPA BATU KECIL.
  • POTENSINYA BATU : potensi adalah kemampuan yang dimiliki, maka potensi batu adalah POTENSI UNTUK PECAH.
  • ABSTRAKSINYA BATU : abtraksi dalam filsafat berarti mengabaikan maka abstraksi dari batu adalah SIFAT-SIFAT BATU ITU SENDIRI.
  • IDEALNYA BATU : idealnya batu adalah sebagai fungsi spiritual tertinggi yaitu HAJAR ASWAD.
  • MATERIALNYA BATU : BAHAN ATAU MATERIAL PEMBENTUK DARI BATU.
  • ANALITIKNYA BATU : BANYAK BATU.
  • APRIORINYA BATU : apriori merupakan kemampuan memikirkan sesuatu walaupun belum pernah mengindranya, maka apriori batu adalah MAGMA. Mengapa Magma? Karena magma berada di dalam bumi yang belum pernah kita melihatnya namun telah mampu dipikirkan.
  • SINTETIKNYA BATU : SEMEN.
  • APOSTERIORINYA BATU : aposteriori batu adalah kemampuan memikirkan objek-objek setelah mengindranya atau menyentuhnya. Dalam hal ini aposteriori batu adalah BATU SANDUNG.
  • REDUKSINYA BATU : reduksi merupakan perpindahan maka reduksi dari batu yang paling menonjol adalah JATUH.
  • ANALOGINYA BATU : KEPALA BATU.
  • HARMONINYA BATU : SEIMBANG
  • WADAHNYA BATU : GUNUNG
  • ISINYA BATU : KERIKIL
  • SEBABNYA BATU : SEBAB UTAMA DAN SEBAB PRIMA
  • BATU : PREDIKAT/SIFATNYA
  • DIALEGNYA BATU : BENTURAN
  • SEJARAHNYA BATU : MENEMUS RUANG DAN WAKTU
  • SKEPTISNYA BATU : GEMPA
  • KESADARAN BATU : DIPERSEPSI SUBJEKNYA
  • KHAYALAN BATU : DIKHKAYALKAN OLEH SUBJEKNYA
  • BERCINTANYA BATU : batu tidak mampu bercinta, maka YANG BERCINTA SUBJEKNYA BATU.
  • UTILITARIANYA BATU : ADA, PENGADA dan MENGADA.
  • TEOLOGINYA BATU : MASA DEPANNYA BATU.
  • TRANSENDENNYA BATU : RUMAH PARA DEWA
  • REALISMENYA BATU : PENAMPAKAN BATU
  • KONSISTENNYA BATU : SEKALI BATU TETAP BATU
  • KORESPONDENSI BATU : SAMA-SAMA DIPERSEPSI
  • JIWANYA BATU : batu tidak mempunyai jiwa maka sejatinya jiwanya batu adalah JIWA SUBJEKNYA BATU.
  • IDEOLOGINYA BATU : TEMBOK BERLIN
  • KONTRADIKSINYA BATU : BATU APUNG


Tes jawab singkat kali ini memberikan hikmah pada kami bahwa ternyata batu pun mampu menembus ruang dan waktu. Semoga dengan adanya tes jawab singkat tersebut dapat menambah wawasan kita dalam belajar filsafat.


Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh

Senin, 19 Oktober 2015

Metodologi Penelitian Pendidikan: Mendefinisikan Variabel (1)

Permasalahan 1


Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Matematika dengan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, Pemahaman Konsep, dan Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan judul di atas maka dapat diidentifikasi variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen)


Berikut merupakan uraian singkat dari masing-masing variabel.

A. Problem Based Learning (PBL)

PBL merupakan pendekatan pembelajaran pada siswa dengan pemberian masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkankembangkan keterampilan yang lebih tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri siswa (Arends, dalam Hosnan, 2014:295). PBL mempunyai ciri penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Menurut Ibrahim dalam Hosnan (2014:295) pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. Dalam PBL, yang diperhatikan dalam proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada hasil akhir, namun juga melihat proses selama pembelajaran berlangsung.

Menurut Tan (2003) pendekatan PBL mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:
  1. Pembelajaran berasal dari suatu masalah
  2. Permasalahan yang disajikan riil, dekat dengan dunia siswa, namun non-rutin
  3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
  4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
  5. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).
  6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja
  7. Pembelajarannya kolaboraif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.
  8. Pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan menemukan merupakan pengetahuan yang penting yang berisi penambahan pengetahuan untuk menyelesaikan suatu masalah.
  9. Akhir dari pembelajaran PBL mencakup sintesis dan integrasi dari pembelajaran.
  10. Mengakhiri pembelajaran PBL dengan mengevaluasi dan meninjau kembali dari pengalaman pembelajar dan proses pembelajaran.

B. Kemampuan Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah adalah proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Pada tahun 1983, Mayer mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu proses banyak langkah dengan si pemecah masalah harus menemukan hubungan antara pengalaman (skema) masa lalunya dengan masalah yang sekarang dihadapinya dan kemudian bertindak untuk menyelesaikannya (Kirkley, 2003).

Menurut Polya, langkah-langkah yang dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah yaitu:
1. Understanding the problem (memahami permasalahan)
    (1) Memahami masalah dengan menanyakan apa yang tidak diketahui
    (2) data apa yang diberikan pada permasalahan
2. Devising plan (merencanakan pemecahan)
   (1) Merencanakan strategi penyelesaian dengan menggambarkan pengetahuan sebelumnya untuk kerangka teknik penyelesaian yang sesuai
    (2) Membuat hubungan antara data dan informasi yang belum diketahui
3. Carrying out the plan (melaksanakan rencana pemecahan menggunakan strategi yang dipilih)
4. Looking Back (melihat kembaliàrefleksi)
    (1) Mengecek kembali setiap proses penyelesaian masalah
    (2) Melakukan refleksi


C. Pemahaman Konsep

Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu termasuk atau tidak ke dalam ide abstrak tersebut (Herman Hudojo, 2003: 124).  Sedangkan konsep menurut Winkel (2004: 92) adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Pemahaman menurut Bloom (Winkel, 2004: 274) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dalam arti yang dipelajari. Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah “mengerti”. Dengan demikian seorang siswa dikatakan telah mempunyai kemampuan mengerti atau memahami apabila siswa tersebut dapat menjelaskan suatu konsep tertentu dangan kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan konsep tersebut dengan konsep lain.

Menurut Sanjaya (2009) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep diantaranya :
  1. Mampu menerangka secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya
  2. Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan
  3. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut,
  4. Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
  5. Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari,
  6. Mampu menerapkan konsep secara algoritma,
  7. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

 Hal di atas sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 tentang indikator bahwa siswa dikatakan telah memahami suatu konsep matematika.
  1. Menyatakan ulang sebuah konsep,
  2. Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya,
  3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
  4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
  5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
  6. Menggunakan dan memanfaatkan  serta memilih prosedur atau operasi tertentu,
  7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

D. Prestasi Belajar


Menurut Maslow (Hapsari, 2012:38) prestasi belajar merupakan salah satu tujuan yang layak dan penting untuk pendidikan yang merupakan pengalaman puncak. Sementara itu O’Connor (Hapsari, 2012:39) memandang dari sudut filosofi bahwa prestasi dapat didefinisikan dalam arti sempit sebagai pengetahuan, lebih dalam sebagai pengetahuan dan keterampilan, paling dalam sebagai pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku. Luasnya definisi prestasi tergantung pada pernyataan kejelasan dan pemahaman tentang tujuan pembelajaran.
            “From a philosophied perspective, achievment may be defined narrowly as knowledge; somewhat more broadly as knowledge and skills; or most broadly as knowledge, skills, and behavior. The breadth of definition of achievement depends on the stated, clearly understood learning golas.”
Menurut Brown & McNamara (Hapsari, 2012:40) prestasi matematika dipahami lebih dalam dari hal kinerja prosedur matematika yang ditentukan. Hal ini diukur melalui tes diagnostik, dan pemahaman lebih luas adalah bermula dari indikator tes dalam bentuk statistik yang didefinisikan lingkungan. Berdasarkan pendapat di atas maka pengukuran prestasi belajar dapat diketahui melalui tes yang dibuat berdasarkan indikator-indikator yang sesuai dengan kemampuan yang akan diukur.


Referensi
M. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Winkel. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Herman Hudojo. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang
Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001
Harja. 2012. Pemahaman Konsep Matematis (makalah ini telah dipresentasikan pada acara Seminar Nasional Pendidikan yang diadakan oleh Universitas Sriwijaya Tahun 2012).
Rika Nur Yulinda. 2012. Analisis Kesulitan Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Hasil Ujian Nasional di DIY (Tesis). Program Pascasarjana UNY.
Mahrita Julia Hapsari. 2012. Keefektifan Model Inkuiri Terbimbing dan Direct Instruction pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Depok Sleman (Tesis). Program Pascasarjana UNY.




Metodologi Penelitian Pendidikan: Mendefinisikan Variabel (3)

Permasalahan 3


Pengaruh Metode Problem Based Learning (PBL) ditinjau dari Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika


Berdasarkan judul di atas, maka dapat diidentifikasi variabel bebas (independent) dan variabel terikatnya (dependent)


Berikut merupakan uraian singkat dari masing-masing variabel yang telah diidentifikasi.


A. Problem Based Learning (PBL)

PBL merupakan pendekatan pembelajaran pada siswa dengan pemberian masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkankembangkan keterampilan yang lebih tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri siswa (Arends, dalam Hosnan, 2014:295). PBL mempunyai ciri penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Menurut Ibrahim dalam Hosnan (2014:295) pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. Dalam PBL, yang diperhatikan dalam proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada hasil akhir, namun juga melihat proses selama pembelajaran berlangsung.

Menurut Tan (2003) pendekatan PBL mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:
  1. Pembelajaran berasal dari suatu masalah
  2. Permasalahan yang disajikan riil, dekat dengan dunia siswa, namun non-rutin
  3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
  4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
  5. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).
  6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja
  7. Pembelajarannya kolaboraif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.
  8. Pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan menemukan merupakan pengetahuan yang penting yang berisi penambahan pengetahuan untuk menyelesaikan suatu masalah.
  9. Akhir dari pembelajaran PBL mencakup sintesis dan integrasi dari pembelajaran.
  10. Mengakhiri pembelajaran PBL dengan mengevaluasi dan meninjau kembali dari pengalaman pembelajar dan proses pembelajaran.


B. Motivasi Belajar

Menurut Kirby dan McDonald (Mawardi, 2011:34), “motivation is the desire and energy that moves you to complete a task or reach a goal” yaitu bahwa motivasi merupakan keinginan dan tenaga yang menggerakkan seseorang untuk menyelesaikan tugas dalam mencapai suatu tujuan. Sejalan dengan itu, Hook dan Vass (Mawardi, 2011:34) mengemukakan bahwa matovasi dapat diartikan sebagai kebutuhan atau keinginan yang membuat seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu. Motivasi muncul dari kebutuhan yang belum puas. Kita tidak dapat mengharapkan siswa untuk belajar, apa yang dapat kita lakukan adalah mengubah lingkungan sedemikian sehingga mereka lebih termotivasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu keinginan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan.

Indikator adanya motivasi dalam diri siswa antara lain:
  1. adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil;
  2. adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar;
  3. adanya harapan dan cita-cita di masa depan;
  4. adanya penghargaan dalam belajar;
  5. adanya kegiatan yang menarik dalam pembelajaran; dan
  6. adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar.



C. Prestasi Belajar

Menurut Maslow (Hapsari, 2012:38) prestasi belajar merupakan salah satu tujuan yang layak dan penting untuk pendidikan yang merupakan pengalaman puncak. Sementara itu O’Connor (Hapsari, 2012:39) memandang dari sudut filosofi bahwa prestasi dapat didefinisikan dalam arti sempit sebagai pengetahuan, lebih dalam sebagai pengetahuan dan keterampilan, paling dalam sebagai pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku. Luasnya definisi prestasi tergantung pada pernyataan kejelasan dan pemahaman tentang tujuan pembelajaran.
            “From a philosophied perspective, achievment may be defined narrowly as knowledge; somewhat more broadly as knowledge and skills; or most broadly as knowledge, skills, and behavior. The breadth of definition of achievement depends on the stated, clearly understood learning golas.”

Menurut Brown & McNamara (Hapsari, 2012:40) prestasi matematika dipahami lebih dalam dari hal kinerja prosedur matematika yang ditentukan. Hal ini diukur melalui tes diagnostik, dan pemahaman lebih luas adalah bermula dari indikator tes dalam bentuk statistik yang didefinisikan lingkungan. Berdasarkan pendapat di atas maka pengukuran prestasi belajar dapat diketahui melalui tes yang dibuat berdasarkan indikator-indikator yang sesuai dengan kemampuan yang akan diukur.


Referensi:
Dona Ningrum Mawardi. 2011. Komparasi Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Pendidikan Matematika Realistic Indonesia dan Problem Based Learning pada Hasil Belajar, Motivasi Belajar, dan Sikap Siswa SD (Tesis). Program Pascasarjana UNY.
M. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mahrita Julia Hapsari. 2012. Keefektifan Model Inkuiri Terbimbing dan Direct Instruction pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Depok Sleman (Tesis). Program Pascasarjana UNY.











Minggu, 18 Oktober 2015

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 6 Filsafat Menembus Ruang dan Waktu

Filsafat Menembus Ruang dan Waktu
Venti Indiani | 15709251057


Berikut merupakan refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu sesi kedua oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 13 Oktober 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Sesi ini dilaksanakan dengan bentuk sebagai beikut, mahasiswa mengajukan pertanyaan yang akan dijawab langsung oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Pertanyaan pertama diajukan oleh Sdri. Azmi mengenai jodoh, apakah jodoh bersifat relatif?
Prof. Dr. Marsigit, M.A.:
Berfilsafat itu adalah olah pikir, maka kalau dilihat dari tataran dimensinya, maka dimensi paling bawah itu material, diatasnya formal, diatas formal itu normatif, diatas normatif itu spritual. Dimensi yang paling tinggi adalah spritual. 

Maka masalah jodoh ini harus dijelaskan dari sisi perkawinan, apakah dari sisi percintaan, apakah dari sisi pernikahan.Sehebat-hebat pikiranku tidakan mampu menjelaskan perasaanku. Walaupun aku setengah manusia setengah dewa seperti raja Thailand yang dianggap setengah dewa oleh rakyatnya, diapun tidak mampu memikirkan semua perasaan hatinya. Itu pertanda pikiran kita tidak akan pernah menjangkau spritualisme secara total, namun hanya sebagian kecil saja. Sehebat-hebat tulisanku tidak akan mungkin mampu menulis apa yang aku pikirkan, apa yang aku ucapkan. Sehebat-hebat tindakanku, langkahku segesit apapun, selincah apapun bak pendekar, tidaklah mungkin melaksanakan semua tulisannku, apalagi kata-kataku, apalagi pikiranku, apalagi hatiku. Pernikahan merupakan struktur lengkap. Ada materialnya, ada formalnya, ada normatifnya, dan ada spritualnnya. Jadi ada bagian dari pernikahan anda itu, dimana anda tidak mampu memikirkannya. Karena kita tidak mampu memikirkannya, maka selesaikan dengan spiritual, tetapkanlah dengan doa. Spritual itu dari langit turun ke bumi sedangkan filsafat hanya di bumi, bahkan menggapai langit pun tidak akan pernah sampai. Maka barang siapa menghadapi urusan langit dengan bumi, namun hanya berangkat dari bumi saja maka akan banyak salahnnya. Contohnya menerjemahkan jodoh itu sebagai cinta, yang penting cinta dulu perkara menikah belakangan. Nikah kan urusannya ada administrasi, wawancara, undangan, KTP, dll maka yang penting kita saling cinta ya sudah selesai, mari kita hidup bersama. Ketika punya anak tiga siapa tau sang ayah ini sakit dan kemudian sembuh lalu menikah. Apakah kasus seperti ini ada? Jawabannya ya ada saja. Hal tersebut bisa saja terjadi ketika kita memandang pernikahan dari sisi dunia saja atau dari sisi pikiran saja. Contoh lain, ketika Aku (Prof. Dr. Marsigit, M.A.) kedatangan profesor dari luar. Mengapa setiap kuliah harus diawali dengan doa? Apa hubungan matematika dengan doa? Heran profesor tersebut, karena valuenya sudah turun kebumi kemudian lupa unsur spritualnnya. Manusia lahir itu punya potensi untuk menikah. Jika manusia tidak mau menikah itu urusan lain tetapi sebetulnya punya potensi. Potensi pada tumbuhan jika dinaikan lagi maka jadi hewan sudah naluri, kemudian jika dinaikan lagi menjadi manusia yaitu intuisi. Jadi bahasa yang digunkana ini sesuai dengan siapa kita berbicara. Kata-kata yang menyesuaikan dengan keadaan itulah yang disebut menembus ruang dan waktu. Sehingga orang cerdas dalam filsafat adalah orang yang sopan dan santun terhadap ruang dan waktu.


Pertanyaan kedua diajukan oleh Sdri. Aida mengenai tujuan hidup, bagaimana jika tujuan hidup yang kita targetkan tidak tercapai?
Prof. Dr. Marsigit, M.A.:
Tujuan itu adalah idealis. Idealis itu sesuatu yang ada dalam pikiran kita. Antara  fakta dan pikiran belum tentu sinkron. Sekarang bagaimana terpenuhi dan tidak terpenuhi dari idealis atau tujuan itu. Jadi banyak prespektif dari sisi filsafat untuk mendekatinya. Misalnya, dari sisi tesis dan anti tesisnya. Usaha, berfikir, atau hidup itu tidak lain dan tidak bukan dari dua unsur yang kita sintesiskan. Misalnya sintesis antara berhasil dan tidak berhasil, sintesis antara kenyataan dengan tujuannya, takdir dan faktanya terus begitu, antara sehat dengan sakit. Jika dinaikan  dalam ranah spritual maka yang dipikirkan manusia itu semuanya bersifat relatif. Tidak ada yang bersifat absolut karena yang absolut itu hanya kuasaNya. Karena relatif maka manusia tidak mengerti bahwa kriteria keberhasilan yang dikehendaki itu punya perspektif yang berbeda-beda. Misalnya setelah dia gagal disuatu tempat kemudian dia bersifat tawakal, berdoa, energi masih bertahan, tetap ada usaha dan seterusnya. Dia menemukan sebuah keberhasilan dengan segmen yang berbeda dan dengan karakter yang berbeda tetapi maknanya jurtru berlipat ganda. Terkadang pada saat itu kita merasa sulit. Termaksud menunda perkara, menunda aktifitas,  atau menunda sikap. Jadi belum terpenuhi itu sebenarnya sangat relatif. Oleh karena sangat relatif maka kita harus hati-hati dalam mengambil kesimpulan. Kesimpulan yang kita ambil sebaiknya positive thingking dengan berucap “Alhammdullillah Allah Telah memberikan nikmat kepada saya”. Jangan sampai kesimpulannya negatif thingking pada Tuhan. Itu jika diturunkan pada filsafat itu bisa menjadi penyakit filsafat. Penyaikit filsafat jika dinaikan juga menjadi penyakit spritual sebab berpikir negatif kepada Tuhan. Dalam filsafat biasa disebut “nggenge mongso” yang artinya mendahului kehendak Tuhan. Masalah nggenge mongso yang artinya mendahului kehendak tuhan sangat krusial sekali, dan jika dilihat dari dimensi ruang dan wakru  orang nggenge mongso berarti berfikir, bertindak, bersikap tidak sesuai dengan ruang dan waktu. Jika diturunkan secara material maka dia tidak sadar telah melakukan pemerkosaan, ternyata anda telah berlaku dzolim karena tidak sadar ruang dan waktu. Maka dari itu janganlah tergesa-gesa mengkalaim tidak berhasil. Itulah perjuangan berfilsafat, perjuangan mereflesikan diri, bagaimana mengerti bahwa saya itu belum mengerti.


Pertanyaan ketiga diajukan oleh Sdri. Evvy, mengapa matematika murni disebut koherentisme?
Prof. Dr. Marsigit, M.A.:
Matematika murni itu hanya menyusun defenisi, aksioma, kemudian teorema. Sampai seribu satu yang disusun teorema saja terus. Akan tetapi teorema yang keseribupun harus tidak boleh bertentangan dengan teorema pertama, teorema itu harus identik. Yang dipentingkan disini adalah konsisten bahasa filsafatnya koherentisme dan lawannya adalah yang cocok dengan ruang dan waktu yaitu korespondensi. Jadi didalam pikiranmu koherentis dan didalam penglihatanmu koresponden. Dalam matematika selalu dimulai dengan memisalkan. Memisalkan tidak perlu cocok dengan kenyataan karena dalam matematika yang penting adalah logika. Contohnya “saya memisalkan jilbab berwarna kuning, dan Sdri Azmi memakai jilbab maka menurut logika saya mba azmi memakan jilbab kuning, walau kenyataannya warnanya biru” . Logika saya benar dan konsisten itulah matematika. Itulah yang ditentang oleh Immanuel Kant karena menurutnya ilmu harus berdasarkan pikiran dan pengalaman. Maka dalam berfilsafat harus bereksperimen. Bisakah kita hidup dengan pikiran saja? Dan sebaliknya bisakah kita hidup dengan pengalaman saja? Mari kita pikirkan. Adakah contoh tentang ini? Contohnya seperti jilbab tadi, jika hanya menggunakan logika saja ternyata salah, sedangkan melalui pengalaman saja mengatakan bahwa jilbab tersebut berwarna biru. Bagaimana membuktikannya kalau itu berwarna biru? Bagaimana memvalidasinya? Sebenar-benarnya hidup itu ternyata interaksi antara pikiran dan pengalaman maka dari itu matematika disebut koherentisme.


Pertanyaan terakhir diajukan oleh Sdr. Heru, bagaimana para filsuf menjawab ketidakpastian dalam hidupnya?
Prof. Dr. Marsigit, M.A.:
Persoalan filsafat hanya ada dua yaitu: 1.jika yang kau pikirkan ada dalam pikiranmu maka yang menjadi persoalan adalah bagaimana engkau menjelaskan pada orang lain; dan 2.jika engkau memikirkan yang ada diluar pikiranmu maka yang menjadi pertanyaan bagaimana engkau memahaminya. Sebenar-benar yang terjadi dalam filsafat ialah langkahku, penglihatanku, ucapanku sedang dalam proses membangun hidupku. Yang memiliki bermiliar-miliar sifat yang salah satunya adalah cintaku. Sebagai contoh “mengapa mahasiswa ada di sini? mahasiswa menjawab sedang menunggu pembimbing. Jika saya tidak disini dan pembimbing saya datang maka pembimbing saya tidak percaya jika aku disini menunggu beliau. Maka keberadaan saya disini merupakan usaha dalam membangun suatu kepercayaan”. Jadi sebenarnya yang dibangun itu semua yang ada dan yang mungkin ada, misalnya membangun hubungan, kepercayaan, hidup, dan seterusnya.


Demikian refleksi pada sesi kedua perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 13 Oktober 2015. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang kita pelajari. Semoga Allah Yang Maha Baik selalu mempermudah kita untuk tetap sopan dan santun pada ruang dan waktu. Amin.

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 5 Mengenal Teori Filsafat

Mengenal Teori Filsafat
Venti Indiani | 15709251057

Berikut merupakan refleksi dari tes jawab singkat perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 13 Oktober 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Sebelum memberikan tes jawab singkat, Prof. Dr. Marsigit, M.A. menyampaikan bahwasannya tujuan adanya tes jawab singkat adalah mengadakan yang mungkin ada, tidak semata-mata karena nilai ataupun prestasi. Beliau juga mengingatkan agar kami konsisten dalam membaca elegi pada blog Beliau, karena dengan membaca elegi akan semakin luas wawasan kita hingga tidak terasa mencerdaskan pikiran kita. Berikut merupakan rangkuman dari tes jawab singkat:

  1. Filsafatnya yang tersembunyi = Metafisik
  2. Filsafatnya yang kelihatan = Realisme
  3. Filsafatnya yang terdengar = Realisme
  4. Filsafatnya yang dapat dipegang = Realisme
  5. Filsafatnya tujuan = Idealisme
  6. Filsafatnya hasil =  Sintesis
  7. Filsafatnya beda = Kontradiksi
  8. Filsafatnya arwah = Noumena
  9. Filsafatnya yang ada = Eksistensialisme
  10. Filsafatnya yang sama = Identitas
  11. Filsafatnya diluar = Transenden
  12. Filsafatnya yang dalam = Intensitas
  13. Filsafatnya yang luas = Ekstensi
  14. Filsafatnya yang tinggi = Transenden
  15. Filsafatnya yang jauh = Teleologi
  16. Filsafatnya yang besar = Makrokosmis
  17. Filsafatnya yang kecil = Mikrokosmis
  18. Filsafatnya yang jika maka = Koherentisme
  19. Filsafatnya yang berpikir = Sintesis
  20. Filsafatnya konsisten = Koherentisme
  21. Filsafatnya tautologi = Koherentisme
  22. Filsafatnya matematika murni = Koherentisme
  23. Filsafatnya bertanya = Dielektiktisme
  24. Filsafatnya menjawab = Dielektisme
  25. Filsafatnya yang tetap = Permenidesionisme
  26. Filsafatnya yang berubah = Heraklitosionisme
  27. Filsafatnya yang pasti = Absolutisme
  28. Filsafatnya yang tidak pasti = Relatifisme
  29. Filsafatnya mencoba = Saintik
  30. Filsafatnya pengalaman = Emperisme
  31. Filsafatnya khalayan = Fiksionisme
  32. Filsafatnya ragu-ragu = Skeptisme
  33. Filsafatnya batu = Materialisme
  34. Filsafatnya cinta = Romantisisme
  35. Filsafatnya manfaat = Utilitarianisme
  36. Filsafatnya pasrah = Fatalisme
  37. Filsafatnya berusaha = Fitalisme
  38. Filsafatnya bahasa = Analitik
  39. Filsafatnya yang benar = Epistomologi
  40. Filsafatnya yang salah = Validisme
  41. Filsafatnya memilih = Reduksionisme
  42. Filsafatnya terpisah = Sparatisme
  43. Filsafatnya tuntas = Radikalisme
  44. Filsafatnya menentukan = Diterminisme
  45. Filsafatnya sejarah = Hegelianisme
  46. Filsafatnya kuasa = Maheafelianisme
  47. Filsafatnya mengabaikan = Abstraksi
  48. Filsafatnya efisien = Pragmatisme
  49. Filsafatnya sebab utama = Prima kausa
  50. Filsafatnya sebab pertama = Prima kausa

Sebagai referensi untuk memperdalam masing-masing teori filsafat di atas, kita dapat membaca kembali artikel-artikel Prof. Dr. Marsigit, M.A. dalam blognya di http://powermathematics.blogspot.co.id/. Semoga bermanfaat :)

Senin, 12 Oktober 2015

Metodologi Penelitian Pendidikan: Variabel Penelitian

VARIABEL PENELITIAN

A.    Pengertian Variabel
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:99) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sementara itu menurut Sutrisno Hadi (1982:437) variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel adalah apa saja yang menjadi fokus dalam penelitian, yang nilainya berubah-ubah.

B.     Macam-macam variabel




1.      Variabel Independen
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen.
Variabel independen bisa juga disebut pengaruh, bebas, stimulus, prediktor

2.      Variabel dependen
Merupakan variable yang dipengaruhi atau akibat karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen bisa juga disebut variabel terikat, dipengaruhi, output, kriteria, atau konsekuen.
Contoh:
Pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi (variabel independen à model pembelajaran, variabel dependen à prestasi)
Variabel Dependen dapat dikelompokkan menjadi:
a.      Variabel Tujuan
b.      Variabel Intervening (antara)
Variabel yang menghubungkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat ataupun memperlemah namun tidak dapat diamati atau diukur.
Contoh:
Pengaruh model pembelajaran (independen) terhadap motivasi (intervening) dan prestasi (dependen)
c.       Variabel Moderator
Merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan dependen). Variabel ini sering disebut variabel dependen kedua.
Contoh:
Pemahaman guru terhadap model pembelajaran memperkuat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi
d.      Variabel Kontrol
Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Contoh:
Apakah ada perbedaan antara dua kelas yang pertama diberikan model pembelajaran saintifik dengan PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah jika kemampuan awal siswa dianggap sama


C. Penggunaan Variabel Dalam Penelitian
1.    Definisikan Variabel
Pendefinisian variabel bertujuan untuk memberikan batasan pada variabel yang akan menjadi fokus dalam penelitian agar jelas apa saja yang akan diteliti.
2.    Kaji Variabel (Pustaka, Hasil Riset)
Mengkaji variabel bertujuan untuk menguatkan definisi
3.    Menyusun Kisi-kisi Instrumen
Contoh kisi-kisi secara sederhana
Variabel
Indikator
Sumber Data
Instrumen
HOTS
-  Novelty (kebaruan) à relatif bagi siapa
-  Kontekstual
-  Problem solving
-  Divergen ...., dst
Siswa
Tes Uraian



Referensi:
 Diskusi dalam Perkuliahan Metodologi Penelitian Pendidikan oleh Dr. Heri Retnawati
https://www.academia.edu/5051602/MACAM-MACAM_VARIABEL_DALAM_PENELITIAN