Selasa, 20 September 2016

Conversation Course di Lembaga Bahasa Sanata Dharma

Beberapa minggu terakhir saya sering update di sosmed kalau saya sedang ada di Sanata Dharma. Banyak yang chat, ngapain sih di sana (Sanata Dharma)? Kamu kuliah malem di sana? Pacar kamu anak Sadhar ya? Ngga teman-teman..... sebenernya saya cari kegiatan disana dalam rangka mengurangi jam tidur saya hahahahha.

Well, sebenernya dua bulan yang lalu, saya mendaftar english course di Lembaga Bahasa Sanata Dharma. Program yang saya ikuti yaitu conversation class. Ya, sepertinya sudah lebih dari sewindu saya belajar bahasa ini, tapi rasanya masih sangat jauh untuk bisa suatu saat survive di belahan dunia sana dengan kemampuan bahasa yang saya miliki saat ini. Tapi semoga suatu saat bisa mencoret satu dari banyak list impian hidup untuk sekedar “pernah tinggal” di luar negeri. Amiiin, yeay!
Saya bukan tipe orang yang mudah dibuat “nyaman” dengan style belajar yang disuguhkan oleh bimbingan belajar. Tapi di sini, saya jadi lebih bersemangat datang. Nah setidaknya bersemangat datang dan muncul sesal ketika harus absen adalah poin pluuuuss bagi saya yang artinya saya merasa “nyaman”. Thats why, saya coba berbagi informasi tentang program ini. Semoga bermanfaat ya buat temen-temen yang emang lagi butuh informasi semacam ini.
Gimana sih bisa join course ini? Langkah pertamaaa, yup! Kita harus daftar terlebih dahulu di kantor bahasa kampus Sanata Dharma pusat yang ada di Jalan Gejayan Yogyakarta. Disana kita akan dilayani dengan ramah oleh bapak yang bertugas. Ohya, jangan lupa bawa fotocopy ijazah terakhir, kartu identitas, foto 3x4, dan biaya administrasi sebesar Rp 50.000,00. Nanti akan diinformasikan kapan placement test diadakan.
Ohya, sebelum kita mengikuti course ini akan ada placement test terlebih dahulu. Placement test ini akan diadakan dua sesi, writing and speaking test. Nah nantinya akan ada kelas pre-beginner, begginer, upper-beginner, pre-intermediate, etc. Dan kebetulan saya ada di kelas pre-intermediate. Nah untuk biaya nya pun sesuai dengan tingkatan kelas kita. If I am not mistaken, untuk kelas pre-intermediate saya harus membayar Rp 580.000,00 untuk sekitar 26 kali pertemuan dengan durasi 90 menit for each meetings. Hmm worth price lah yaa.
Satu kelas rata-rata hanya akan berisi 10-15 orang. Rasanya cukup efektif kok, supervisor class nya pun asiiiik dan menyenangkan. Dan enaknya lagi, kita bisa pilih jam belajar sore atau malam setelah maghrib. Tentu bisa disesuaikan dengan aktivitas kita. Saya pilih kelas malam doong, karena pagi-siang saya fokuskan kegiatan di kampus. Maklum, masih anak sekolahan heheuuu.

After the class with Mr Daniel
Fyi, teman-teman satu kelas saya kebanyakan mahasiswa magister juga, ada juga yang sudah bekerja. Mereka berasal dari beragam background disiplin ilmu. Jadi selain dapet ilmu tentang how to speak well, kita juga bisa nih nambah ilmu dari perspektif lain. Gimana bisa? Jadi sistem belajarnya ngga Cuma kita disuruh ngapalin ABCD sampai Z, tapi lebih kepada kita disodorin issue atau kasus, kemudian bagaimana tanggapan kita (tentu bagaimana kita menyampaikan pandangan kita disertai dengan beragam ekspresi yang dipelajari). Dari situ saya seringkali tercengang denger pendapat temen-temen lain yang kritis, inovatif. Kadang sampai merasa I am nothing. Tapiiii, nyatanya itu juga yang bikin saya jadi lebih semangat belajar, belajar apapuun. Karena, ya, masih buanyaaaaaak yang tidak saya tahu.
Well, selama dua bulan mengikuti program ini akan ada dua kali test, yaitu mid test dan final test. Masing-masing tes akan terdiri dari writing test dan speaking test. Nilai dari tes ini lah yang konon nanti akan terpampang di sertifikat setelah kita selesai mengikuti program. Tapiii, sertifikat ini hanya akan keluar kalau temen-temen memenuhi kehadiran 75%. Mirip sama peraturan kuliah lah yaa. Tapi gapapa, jadi semangat lebih biar rajin berangkat.
Course ini ngga cuma belajar di kelas ajaa, akan ada satu kali outdoor activity. Jadi semua peserta course dari kelas pre-beginner sampai intermediate gabung jadi satu. Biasanya tema tiap tahun akan berganti-ganti. Seru juga karena nanti akan ada the winner bagi kelompok kelas yang berhasil completing the mission. Lain kali ya akan saya share di sini.
Semoga bermanfaat ya.
Salam,

Indi

Senin, 18 Januari 2016

REFLEKSIKU DALAM BERFILSAFAT

REFLEKSIKU DALAM BERFILSAFAT
Venti Indiani | NIM 15709251057


A.    Adab Mempelajari Filsafat
Tiadalah ilmu di dunia ini yang dalam mempelajarinya tak mempunyai tata cara atau adab. Begitupun ketika kita berbicara mengenai filsafat. Adab pertama dan paling utama dalam mempelajari filsafat tidak lain dan tidak bukan adalah membangun pagar dan pondasi spiritual. Mengapa? Karena setinggi-tingginya ilmu di dunia tidak lain dan tidak bukan adalah ilmu spiritual. Filsafat ilmu merupakan suatu olah pikir, dimana kita akan menggunakan segenap pikiran, jiwa, dan raga untuk mempelajarinya. Yang harus kita ingat adalah jangan sampai setelah mempelajari filsafat menjadi rapuh dan hancur pertahanan spiritual kita. Maka dari itu, perlu suatu pondasi yang kuat sebagai koridor kita dalam mempelajari filsafat. Adab yang kedua, kita memanfaatkan momen dalam mempelajari ini sambil mematangkan aspek psikologis kita. Aspek psikologis ini antara lain meliputi kesabaran, ketelatenan, dan jaya juang untuk belajar. Karena sudah pasti dalam belajar filsafat dibutuhkan kesabaran, ketelatenan, dan jaya juang dalam belajar yang tinggi. Tiadalah kita dikatakan sedang belajar jika dalam prosesnya tidak ada effort yang keras dari dalam diri, begitu pun ketika belajar filsafat.
B.     Objek Filsafat
Ranah filsafat mengenal dua macam objek yang terdiri atas objek yang ada dan yang mungkin ada. Masing-masing objek memiliki bermilyar-milyar sifat-sifat yang tidak akan mungkin mampu disebutkan seluruhnya satu per satu oleh manusia. Objek filsafat menjadi suatu yang subjektif karena bisa jadi menjadi ada bagi seseorang, namun menjadi yang mungkin ada bagi orang lain, begitu pun sebaliknya. Maka yang ada dan yang mungkin ada itu tergantung bagi siapa. Untuk lebih memahaminya, Prof Marsigit pernah menjelaskan secara sederhana seperti berikut. Beliau menanyakan tanggal lahir cucu Beliau di kelas. Tak ada satupun mahasiswa yang mampu menjawab dengan benar. Nah, maka bisa dikatakan bahwa (saat itu) tanggal lahir cucu Prof Marsigit adalah sesuatu yang mungkin ada bagi kami (mahasiswa). Namun tanggal lahir tersebut adalah sesuatu yang ada bagi yang tahu (Prof Marsigit). Dan sesaat ketika Prof Marsigit memberi tahu tanggal lahir cucu Beliau, sesuatu yang tadinya mungkin ada bagi mahasiswa itu menjadi sesuatu yang ada. Begitulah kira-kira perumpamaan dari subjektifitas objek filsafat.
C.    Membangun Pengetahuan Melalui Filsafat
Berdasarkan sudut pandang filsafat, dalam membangun pengetahuan ada dua hal yang akan menjadi fokus perhatian. Fokus pertama yaitu bagaimana kita mampu menjelaskan obyek pikir yang ada di dalam pikiran kita, sedangkan yang kedua jika obyek pikir berada di luar pikiran kita maka bagaimana cara kita untuk mengetahuinya. Membangun pengetahuan dan ilmu pengetahuan tentu meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Membangun pengetahuan secara filsafat dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi sifat-sifatnya yang ada dan yang mungkin ada. Karena yang akan dilakukan adalah membangun ilmu secara filsafat, maka identifikasi dari sifat-sifat yang ada dan yang mungkin ada juga ditinjau secara filsafati. Sifat-sifat filsafati adalah sifat-sifat yang merupakan hasil pemikiran para filsuf.
Menurut filsafat yang tetap hanyalah ada di dalam pikiran. Contoh dalam kehidupan sehati-hari mengenai yang tetap ini contohnya adalah jumlah mata pada manusia, jumlah kaki pada manusia, jumlah tangan pada manusia, dll. Sementara itu pada umumnya sesuatu yang berubah itu berada di luar pikiran. Contoh dalam keseharian kita yang berubah antara lain adalah jalan pikiran manusia, umur manusia, dll. Tokoh Ilmu filsafat yang mengenalkan tentang filsafat yang bersifat tetap yaitu Permenides sehingga ilmunya disebut Permenidenisme. Sementara itu tokoh filsafat yang mengenalkan tentang filsafat yang objeknya berubah adalah Heraklitos sehingga ilmunya disebut Heraklitosianisme.
Obyek yang tetap ada di dalam pikiran sedangkan yang tidak tetap atau berubah ada di luar pikiran. Paham yang menjelaskan mengenai objek yang ada di dalam pikiran disebut Paham Idealism yang dicetuskan oleh Plato. Kebenaran di dalam pikiran bersifat koherensi. Di dalam pikiran objek bersifat analitik dan apriori. Sifat-sifat dari paham idealism adalah sesuatu yang ideal. Hal ini kemudian berlaku sifat identitas dimana subyek sama dengan predikat. Contoh adanya hukum identitas adalah A=A. Artinya bahwa A pertama akan sama dengan A kedua. Namun perlu kita ingat bahwa filsafat merupakan ilmu yang memperhatikan ruang dan waktu. Oleh karena itu hukum identitas A=A hanya berlaku ketika di dalam pikiran saja.
Sementara itu paham yang menjelaskan mengenai objek yang ada di luar pikiran dikenal dengan Paham Realism yang dicetuskan oleh Aristoteles. Kebenaran di luar pikiran bersifat korespondensi. Di luar pikiran objek bersifat  aposteriori. Sifat-sifat dari realism adalah realis. Dalam realis berlaku sifat kontradiksi karena terikat ruang dan waktu dimana subyek tidak sama dengan predikat. Paham ini jika dikembangkan lebih jauh maka ideal yang dimaksud akan menuju rasio atau rasionalisme. Paham rasionalisme beranggapan bahwab ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu yang diakui benar oleh rasio manusia. Prinsip pertama ini bersumber dari dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman empiris. Aliran rasionalisme ini dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Rene Descartes menyatakan perlunya metode yang ampuh sebagai dasar yang kokoh bagi semua pengetahuan. Penganut paham rasionalisme meyakini bahwa sumber utama pengetahuan adalah akal budi yang bersifat apriori, sehingga proposisi dari aliran rasionalisme ini bersifat analitis dan a priori. Ide pokok yang diungkapkan oleh Rene Descartes adalah (1) saya memahami bahwa saya makhluk berpikir maka pemikiran merupakan hakekat saya, (2) Tuhan merupakan wujud yang sempurna, dan (3) materi sebagai keluasan atau ekstensi sebagaimana hal itu dipelajari dan dilukiskan oleh para ahli ilmu ukur. Maka paham ini meyakini bahwa sumber dari pengetahuan adalah rasio dimana rasio itu berpikir. Jadi ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan cara berpikir.
Lebih jauh lagi paham Realisme akan berkembang menjadi pengalaman atau empirisisme dengan tokohnya adalah David Hume. Jika pada paham rasionalisme memberikan kedudukan pengalaman sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan pengahuan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah. Menurut David Hume (1711-1776 M) pengalaman dimulai dari ide bahwa semua isi pengalaman sadar dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yakni kesan dan ide. Istilah kesan (impression) menunjukkan kepada semua persepsi kita yang lebih hidup ketika mendengar, melihat, merasa, mencinta, dll. Sementara itu ide adalah gambar yang didasarkan pada memori kesan atau pikiran tentang kesan, hal tersebut bertumpu pada kemampuan imajinasi dalam membuat ide.
Pada dasarnya terdapat perbedaan pendapat atau pandangan antara tokoh filsuf Rene Descartes dengan David Hume. Rene Descrates berpendapat tidak mungkin mendapatkan ilmu tanpa rasio sedangkan David berpendapat tidak mungkin mendapat ilmu tanpa pengalaman. Kemudian Imanuel Kant menjadi sosok penengah diantara kedua pihak yang beselisih tersebut. Menurut Imanuel Kant, baik teori Rene Descartes maupun teori David memiliki kelemahan. Rene Descartes hanya mendewakan pikiran dan mengabaikan pengalaman, sedangkan David sebaliknya yaitu mendewakan pengalaman dan mengesampingkan rasio. Imanuel Kant kemudian berkata bahwa sebenar-benar ilmu adalah gabungan pikiran dan pengalaman. Dimana antara pikiran atau rasio dan pengalaman saling melengkapi.
Dari beberapa sifat di atas antara lain sifat identitas, analitiak, dan apiori merupakan sifat-sifat matematika murni. Sifat-sifat matematika ini untuk orang dewasa. Sedangkan yang memiliki sifat-sifat di luar pikiran sebagian adalah milik anak-anak atau untuk matematika sekolah. Tentu tidaklah sesuai jika matematika murni diterapkan di dunia anak-anak. Oleh karena itu diperlukan matematika sekolah atau matematika horizontal. Matematika sekolah memandang bahwa matematika bukanlah suatu formal yang abstrak namun sebagai suatu kegiatan bagi anak. Dalam menerapkan matematika sekolah kita dapat berpatokan pada Fenomena Iceberg dimana dalam tahapan mengajarkan matematika pada anak terdiri atas empat tahapan, yaitu matematika konkrit, model konkrit, model formal dan matematika formal. Dengan demikian matematika dapat diterima dengan baik oleh anak. Seperti apa yang telah dituliskan dalam makalah Prof Marsigit bahwasannya jika kita tidak membelajarkan matematika pada anak sesuai dengan tahapannya, maka bisa jadi seperti fenomena meletusnya gunung merapi. Artinya hal tersebut sangat berbahaya bagi anak.
D.    Filsafat Memandang Arus Globalisasi
Salah satu filsuf besar dari Prancis, Auguste Comte mempublikasikan aliran filsafatnya yang dikenal dengan Aliran Positivisme. Dalam aliran ini Comte membagi perkembangan manusia ke dalam 3 tahap yaitu tahap teologi (spiritual), kemudian berkembang ke tahap metafisika (filsafat), dan akan berkembang ketahap yang terakhir yaitu tahap positif (modern). Tahap teologi bersifat melekatkan manusia kepada selain manusia seperti alam atau apa yang ada dibaliknya. Pada tahap ini menurut manusia benda-benda pada zaman ini merupakan mengandung supernaturalisme. Manusia mempercayai adanya kekuatan magis pada benda-benda tertentu (teologis paling primitif). Kemudian setelah itu manusia percaya akan banyak Tuhan. Setelah itu kepercayaan bergeser menjadi monoteisme dimana tahap ini merupakan tahap tertinggi dimana manusia menyatukan Tuhan-Tuhan yang diyakini menjadi Tuhan yang tunggal dan paling tinggi. Tahap selanjutnya yaitu tahap metafisik dimana pada tahap ini merupakan masa perubahan dari masa teologi. Jika pada tahap teologi manusia hanya percaya pada satu Tuhan, maka tahap metafisika manusia mulai mempertanyakan dan mulai mencari bukti-bukti terhadap pandangan tersebut. Tahap yang terakhir menurut Comte yaitu tahap positif dimana pada tahap ini manusia tahu bahwa tidak ada gunanya untuk mempertanyakan suatu pengetahuan yang mutlak, baik secara teologis maupun metafisika. Manusia berusaha untuk menemukan hukum dari banyak hal melalui eksperimen yang pada akhirnya menghasilan fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum. Tahap ini menurut Comte adalah suatu tahap yang berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia.
            Positivisme inilah yang kemudian dengan dahsyatnya menjelma sebagai Powernow atau yang biasa dikenal dengan istilah kehidupan kontemporer. Tentu adanya budaya kontemporer tidak hanya membawa dampak positif namun tentu juga memaksa masyarakat untuk terseret dalam dampak negatifnya. Efek positif yang bisa kita nikmati yang paling kentara adalah adanya kemudahan teknologi yang begitu cepatnya sehingga jarak bagi dua orang yang terpisah benua pun kian tiada arti berkat teknologi. Sumber informasi bisa didapatkan dengan sangat mudah dan cepat. Namun disisi lain ada dampak negatif yang mengiringi segala kemudahan tersebut antara lain adanya budaya hedonisme, utilitaranisme, materialisme, kapitalisme, dll. Bagaimana contoh nyatanya? Sebagai ilustrasi, saat ini teknologi berkembang cukup cepat dan menarik untuk dinikmati masyarakat sehingga tidak sedikit manusia yang rela terus-terusan mengeluarkan uang untuk mengikuti perkembangan teknologi seperti gadget, netbook, dll. Hal tersebut secara tidak langsung membawa manusia ke lembah hedonisme. Contoh lain ketika manusia terlalu asik dengan gadget nya hingga terkadang lupa akan kewajiban secara spiritualnya, hidup secara apatis, dan lain sebagainya. Sebagai manusia tentu kita tidak dapat mengasingkan diri dari teknologi dengan kemudahannya namun sebagai manusia yang bijak tentu jangan sampai hal tersebut menggerogoti ketaatan spiritual kita dan menodai keharmonisan kita dalam bermasyarakat.



Jumat, 18 Desember 2015

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 16 Uji Petik Filsafat “Critique of Pure Reason”

Uji Petik Filsafat
Critique of Pure Reason”

Berikut merupakan refleksi dari pertemuan ke tiga belas perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 15 Desember 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Pada perkuliahan yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A ini diisi dengan “uji petik” seperti yang telah direncanakan pada pertemuan sebelumnya. Ujian ini bertujuan agar mahasiswa menyadari seberapa kemampuan kita dalam memikirkan dan sejauh mana  kita memahami filsafat setelah mengikuti perkuliahan.

Buku yang ditampilkan dalam uji petik kali ini merupakan buku karangan Immanuel Kant yang berjudul Critique of Pure Reason yang ditulis pada tahun 1781. Kita dapat melihat bagaimana Immanuel Kant membuat tulisan dalam bidang filsafat yang dituangkan dalam buku-bukunya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kita orang-orang di Indonesia masih berjuang untuk menjadi manusia, namun Immanuel Kant sudah memikirkan jauh. Dalam uji petik ini dilakukan dengan menampilkan bagian dari buku, kemudian mahasiswa diberikan waktu yang singkat untuk memahami dan menuliskan ide pokok dalam paragraf tersebut dalam satu kata. Kemudian dibahas bersama mengenai what the paragraph talking about. Pada salah soal, ada yang berkaitan dengan time, dimana Kant mendefinisikan tentang waktu. Tulisan Kant tersebut sesungguhnya sangat filosofis, dimana dalam suatu kalimat Kant pun mengatakan bahwa time is not an imperical conception yang berarti bahwa waktu bukanlah pengalaman. Namun waktu memerlukan ruang, jadi waktu tidak mungkin ada jika tidak ada ruang. Sehingga jika kita mendefinisikan waktu harus lah dengan ruang. Kata “kapan” hanya bisa bermakna jika ada “di mana”, maka tidak ada “kapan” jika tidak ada “di mana”. Dalam tulisan Kant tersebut terdapat transcendental expositon of the concept dimana secara sederhananya, ini adalah waktunya para dewa. Kalau dewa terlambat itu dikarenakan ada keperluan lain, tetapi jika daksa yang terlambat maka itu adalah ketidaktahu dirian. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa waktunya para dewa itu berbeda dengan waktunya para daksa. Kemudian terdapat pula transcendental esthetic. Secara hukum kodrat alam, menetukan metode adalah suatu hakekat. Metode tersebut digunakan untuk menentukan nilai kebenaran/etik, setelah itu baru lah digunakan untuk menentukan keindahan/estetika. Secara lengkapnya mengenai apa yang dikemukakan oleh Immanuel Kant dapat dibaca pada buku Critique of Pure Reason.


Demikian refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pada pertemuan ke tiga belas. Apa yang telah dilakukan Immanuel Kant tentu menjadi inspirasi bagi kita, dimana ketika saat itu dia sudah berpikiran jauh, memikirkan yang belum terpikirkan oleh yang lain.

Selasa, 15 Desember 2015

Berbuat Baik, Nunggu Mood Baik?

Saya seorang mahasiswi yang secara kognitif biasa-biasa saja. Tidak jadi yang teratas, namun juga ngga di paling bawah (semoga, aamiin). Sebagai mahasiswi yang belum dikaruniai otak cemerlang harusnya dibarengi sama doa dan semangat belajar yang tinggi dong ya biar terhindar dari “terancam lulus hampir cumlaude” (oke, yang hampir hampir itu memang selalu nyeseg). Tapi buruknya saya, semangat belajar seringnya naik turun kaya roller coaster. Dan bisa dipastikan titik puncak semangat ada di detik detik menjelang deadline. Huft.


*maap yaa gambarnya ngga nyambung*


Sebentar, tulisan dibuat ini tidak lebih sebagai pengingat saya pribadi. Tidak bermaksud sok-sok an atau menggurui yaaa hehehe. Nah, saat saya menulis ini, posisi sedang mati lampu. Laptop habis baterai dan hanya hp yang masih nyala. Dan draft tulisan ini pun saya ketik via hp karena bingung mau ngapain.

Jadi begini….Beberapa menit yang lalu, saya sedang semangat-semangatnya nugas. Besok belum deadline sih, tapi karena merasa sedang banyak inspirasi jadilah saya beritikad bulat untuk nyicil tugas. Dan ketika mungkin baru dapet 5%, teeeeetteetttttt listrik mati. Ya Allah nyeseg bukan main gaess. Disaat ngrasa semangat banget nget nget dan ide juga kayanya lagi bermunculam tiba2 pfttt listrik mati dan laptop ikutan mati karena batrai habis bis bis.

Sepele sih yaaa, tapi sambil tiduran di kegelapan saya jadi mikir. Oh iya yaaa…. Masih untung besok bukan deadline saya. Coba kalau besok deadline saya, pasti malem ini saya nangis guling-guling ngga ketulungan karena baru kelar 5% dan besok udah harus dipresentasiin.

Kasus lain yang akhirnya bikin saya instropeksi adalah kejadian awal bulan Desember ini. Kalau ngga salah waktu itu hari Senin. Senin memang tidak ada jadwal kuliah tetap karena senin tempatnya mata kuliah pengganti. Hari selasanya saya harus ngumpulin 3 tugas. Nah Senin pagi bersemangatlah saya untuk ke Perpustakaan buat ngerjain tugas. Teteteeeeetttt jam 7.30 saya sudah siap dan langsung berangkat ke kampus. Ngga ada hujan ngga ada angin, tiba tiba saya mendadak lemes mual pusing mules dan berujung pada keringat dingin. Rasanya dijalan udah mau pingsan bahkan sempet  m*ntah di jalan. Akhirnya saya berenti sejenak dan putar balik karena nggrasa udah ngga kuat. Ternyata hari itu saya datang bulan dan dibarengi dengan masuk angin kali yaa. Jadilah seharian saya hanya tidur guling guling di kasur karena nahan sakit. Apakabar tugas? Yaaah bisa dipastikan, baru tengah malam saya ngerjain dan itu bikin kepala pusing antara mikir dan tekanan batin takut kalau ngga kelar.

See? Saya bersemangat bahkan ngga ada kuliah pun 7.30 saya sudah siap berangkat ke Perpus untuk ngerjain. Tapi…… apa daya ternyata ada hal lain diluar kendali yang ngga support. Kita bisa apa?

Jadi pada intinya, ngerjain sesuatu yang baik (re: ngerjain tugas) jangan cuma nunggu mood baik, jangan nunggu mepet deadline, jangan nunggu punya ide cemerlang (ngomong di depan kaca). Karena halangan dan rintangan yang menghadang tidak semata-mata dari dalam diri kita. Faktor luar pun kadang ikut nimbrung tanpa permisi. Dari diri kita udah semangat udah on fire banget. Tapi tiba2 alam ngga support. Kita bisa apa?

Ketika tulisan ini saya publish di blog berarti listrik sudah nyala. Saya bisa melanjutkan nugas? Bisa dong. Tapi semangat? Belum tentu se on fire tadi. Ide? Bisa jadi yang tadi penuh di kepala sudah melayang-layang entah kemana.

Salam,
Indi



Senin, 14 Desember 2015

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 15 Jejaring yang Ada dan yang Mungkin Ada

Jejaring yang Ada dan yang Mungkin Ada

Assalamualaikum wr wb
          
Berikut merupakan refleksi perkuliahan Filsafat Ilmu pada hari Selasa, 8 Desember 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Marsigit, M.A. setelah pembuatan elegi pemberontakan tes jawab singkat. Mari kita simak bersama.







Jika kita perhatikan pada gambar di atas ada space yang berisi 2+3=5. Maka dari table tersebut, 2+3 dapat disebut sebagai mengada, 2+3=5 sebagai pengada. Dari ruang lain ada gambar berbentuk kotak-kotak, maka dapat disebut sebagai geometri. Selain itu ada juga statistic, integral, formal, psikologi, sosiologi, budaya, ideology, ontology, epistemology, aksiologi, dan lain sebagainya. Betapa hebat dan kayanya filsafat. Ini belum menyangkut yang ada dan yang mungkin ada. Prof. Daviton dari Holic University di Thailand  mempresentasikan matematika antara proses dan produk . Hanya mempresentasikan itu saja bisa masuk makalah internasional. Belum lagi menyangkut yang ada dan yang mungkin ada. Dalam filsafat, wadah dan isi itu menerangkan bentuk dan substansinya. Jadi penjumlahan, substansinya agar dipahami orang awam adalah “gabungan”. Tahukah perbedaan 2+3 dan 2+3=5? Perbedaannya adalah jika 2+3 adalah hakekat proses, sedangkan 2+3=5 adalah hakekat produk. Lalu apa hakekat menjumlah? Secara filsafat berbeda dengan 2+3 dan 2+3=5.Terkait dengan epistemology maka menyangkut benar dan salah. Sedangkan aksiologinya itu menyangkut etik dan estetika. Etik berkaitan dengan pantas atau tidak pantas (baik atau buruk). Sedangkan estetika adalah keindahan. Apakah keindahan bisa menentukan baik dan buruk? Apakah baik dan buruk selalu termuat keindahan? Apa yang dianggap baik, belum tentu termuat keindahan dan keindahan pun belum tentu bisa menentukan baik atau buruk, karena semua tergantung dengan ruang dan waktu.

Terkait dengan kolom “jodoh”, maka istilah yang sering dipakai oleh awam adalah pasangan. Ada dari jodoh dan pasangan adalah ada dan yang mungkin ada. Pengadanya adalah yang ada dan yang mungkin ada. Sementara itu mengadanya adalah sintesis. Psikologinya adalah memasangkan, sedangkan sosiologinya adalah hubungan. Budayanya adalah karya budaya. Kemudian untuk ontologinya adalah wadah dan isi dari yang ada dan yang mungkin ada, epistemologinya adalah hermeunitika, dan estetikanya adalah harmoni. Sementara itu formalnya adalah fungsi (perjodohan). Inilah matematikanya filsafat, termasuk matematika dari situ, termasuk pula jodoh, dan sebagainya Jadi sesungguhnya filsafat adalah mengekstensi dan mengintensi ruang dan waktu.

Setelah itu, kemudian Prof Marsigit mempersilakan mahasiswa untuk bertanya. Kali ini pertanyaan diajukan oleh Sdri Nurafni mengenai Apakah ada bumi lain di luar bumi ini?
Tanggapan Prof Marsigit:
Kita baru pada tataran filsafat dengan bahasa analog atau pengandaian. Bahasa dari Tuhan itu sangat lengkap pada level-level tertentu. Jadi itulah tugas manusia untuk mempelajari dari firman-firman Tuhan. Misalnya terminologi surga dan neraka, apakah surga dingin dan neraka panas? Sesungguhnya dingin dan panas adalah psikologi manusia, dingin sekali saja bisa dirasakan panas. Saya terus terang tidak paham dengan bahasa-bahasa yang sudah sangat tinggi seperti itu. Dalam filsafat saja memakai analogi atau perumpamaan. Jadi secara logika sebagaian dari misteri itu dapat dipecahkan dengan perumpamaan-perumpamaan. Tetapi masalahnya di dalam agama ada yang bersifat formal, tidak sembarangan diterjemahkan. Kemudian dapat diikhtiarkan menggunakan pikiran manusia. Pikiran manusia dengan teknologinya, namun secanggih apapun teknologi tersebut tidak semua dapat memecahkan misteri yang anda tanyakan seperti itu Oleh karena itu  perlu diekmbalikan pada referensi ayatnya. Adapun salah satu cara pemahaman dengan pemikiran, maka perlu mendefinisikan. Kita dapat menambahkan pemikiran kita secara subjektf. Itu lah yang dimaksud struktur. Jangan kan langit, atau pun surga dan neraka, kalau kita berbicara pikiran kita saja berstruktur. Struktur dari tidak ada struktur pun itu adalah struktur. Tidak percaya filsafat pun termasuk berfilsafat, maka tidak ada struktur pun adalah struktur dimana tidak ada struktur. Struktur paling primitive yaitu ruang dan waktu. Maka sampai akhir pun tidak dapat dijelaskan.

Demikian refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pada hari Selasa, 8 Desember 2015. Semoga dapat menambah wawasan keilmuan kita dan menjadi motivasi kita untuk terus belajar.


Wassalamualaikum wr wb

Minggu, 13 Desember 2015

PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Selasa, 8 Desember 2015 | R.PPG Lab FMIPA UNY

PENELITIAN KUANTITATIF

Pada penelitian kuantitatif jika proposal dan instrumen penelitian sudah dibuat maka bisa dikatakan jika keterlaksanaan penelitian sudah mencapai 50%. Berikut merupakan prosedur pelaksanaan penelitian kuantitatif.

Penyusunan Proposal Penelitian
Proposal penelitian terdiri atas 3 bab yaitu BAB I (latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian), BAB II (kajian teori dan kerangka penelitian), BAB III (jenis penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik membuktikan validitas dan estimasi reliabilitas, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data).

Membuktikan Validitas Estimasi Reabilitas
Langkah selanjutnya setelah menyusun proposal dan instrumen adalah membuktikan validitas dan mengestimasi realibilitas instrumen. Pembuktian validitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu validitas isi, kriteria dan konstruk. Validitas isi dilakukan dengan meminta pendapat para ahli (Expert Judgment). Dari hasil tersebut kemudian dilakukan pembuktian valid atau tidaknya. Sedangkan validitas konstruk dilakukan dengan dua cara yaitu konfirmatori dan ekspoloratori. Sebagai tambahan, soal atau instrument tes yang tidak valid maka harus dilakukan revisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator. Sementara itu, reliabilitas ditunjukan dengan angka atau koefisien. Semakin tinggi koefisien menunjukan semakin bagus instrumen (soal) yang dibuat. Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya -1 > 0> +1. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya, jika koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu reliabilitas sempurna, berarti tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau-1. Dalam penentuan reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis eiken.

Ujicoba Terbatas
Jika instrument telah terbukti valid, maka langkah selanjutnya adalah menguji cobakan instrument. Ujicoba instrumen terbatas harus dilakukan di luar sampel penelitian atau dapat menggunakan responden dalam populasi tetapi yang tidak digunakan dalam sampel. Jumlah responden dalam ujicoba pada umunya 10 x jumlah butir instrument atau minimal 5 x jumlah butir instrument. Misalnya jika terdapat 10 butir yang akan diuji cobakan, maka diperlukan 10 x 10 = 100 sampel atau minimal 5 x 10 = 50 sampel.

Perijinan
Proses perijinan merupakan salah satu hal penting untuk memperoleh data dari objek yang akan diteliti. Salah satu strategi dalam pelaksanaan penelitian untuk dapat melakukan suatu penelitian pada objek yang hendak diteliti adalah dengan cara menawarkan kerja sama. Dalam memasuki tempat penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut.
Natural (setting alamiah)
Mendapat kepercayaan
Berpaikan yang rapi, sopan dan indah
Bersikap dan bertutur dengan baik
Berusaha untuk bisa menjadi bagian dari tempat yang diteliti
Membangun komunikasi yang baik dengan orang-orang

Proses Pengumpulan Data
Pada teknik pengumpulan data harus disesuaikan dengan langkah-langkah yang telah ditentukan pada BAB III.

Analisis Data
Proses analisis data harus disesuaikan dengan langkah-langkah yang telah ditentukan pada BAB III.

Pelaporan



PENELITIAN KUALITATIF

Pada penelitian kuantitatif, jika peneliti sudah mempunyai proposal dan instrumen, maka bisa dianggap bahwa peneliti telah melakukan progres penelitian kira-kira 50%. Namun hal ini berbeda dengan penelitian kualitatif. Meskipun peneliti sudah mempunyai proposal dan instrumen, belum dapat dikatakan penelitian telah mencapai 50%. Hal ini dikarenakan dalam penelitian kualitatif hal terberat adalah menerjemahkan data yang kemudian dideskripsikan. Berikut merupakan prosedur pelaksanaan penelitian kualitatif.

Penyusunan Proposal Penelitian
Proposal penelitian terdiri atas 3 bab yaitu BAB I (latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian), BAB II (kajian teori dan kerangka penelitian), BAB III (jenis penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik membuktikan validitas dan estimasi reliabilitas, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data).

Perijinan dan Masuk ke dalam Objek Penelitian
Proses masuk ke dalam objek penelitian pada penelitian kualitatif relatif lebih sulit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai contoh ketika kita hendak meneliti seseorang, maka bagaimana caranya agar kita dapat masuk dalam lingkungan tersebut tidak dicurigai dan orang yang kita teliti tidak merasa diikuti dan diintervensi. Kata kunci dalam riset kualitatif adalah kepercayaan. Bagaimana responden membuat kita percaya bahwa kita bukan peneliti, namun kita adalah bagian dari mereka (partisipatif). Dalam memasuki tempat penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut.
Natural (setting alamiah)
Mendapat kepercayaan
Berpaikan yang rapi, sopan dan indah
Bersikap dan bertutur dengan baik
Berusaha untuk bisa menjadi bagian dari tempat yang diteliti
Membangun komunikasi yang baik dengan orang-orang

Pengumpulan Data
Proses pengambilan data dalam penelitian kualitatif dikumpulkan berulang-ulang, tidak hanya sekali (multi-treat multi-method à berbagai cara, berbagai metode). Artinya dalam mengambil data dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya observasi atau pengamatan, wawancara, serta mengambil data dengan merekam (harus mendapat ijin narasumber). Selain itu selama proses penelitian dibutuhkan juga catatan lapangan (field note). Adanya field note untuk menanggulangi jika kita lupa. Field note yang telah kita buat kemudian direduksi. Dalam proses mereduksi terdapat berbagai cara, kita dapat mereduksi dengan cara Bogdan and Bliken, Creswell, Milles and Huberman, dll. Meskipun caranya berbeda-beda dengan berbagai penulis, namun intinya adalah dari catatan lapangan yang telah kita buat kemudian data direduksi dan dianalisis serta diverifikasi atau disimpulkan. Dari penyimpulan tersebut kita memperoleh pemetaan.Dalam pengambilan data akan selesai jika telah mencapai data jenuh. Data jenuh artinya ketika data yang kita dapat menunjukkan hasil yang itu-itu saja.

Analsis Data
Proses analisis data harus disesuaikan dengan langkah-langkah yang telah ditentukan pada BAB III.

Pelaporan


Referensi
Diskusi dalam Perkuliahan Metodologi Penelitian Pendidikan oleh Dr. Heri Retnawati
Heri Retnawati. 2014. Membuktikan Validitas Instrumen dalam Pengukuran. Yogyakarta: Jurnal UNY.

Sabtu, 12 Desember 2015

Elegi Pemberontakan Tes Jawab Singkat


Sebelum mengawali perkuliahan Filsafat Ilmu pada hari Selasa, 8 Desember 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Marsigit, M.A. memberikan elegi yang kemudian beliau beri judul “Pemberontakan Tes Jawab Singkat”. Sebenar-benar filsafat yaitu memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Masing-masing dari yang ada dan yang mungkin ada mempunyai sifat yang begitu banyaknya, semilyar dipangkatkan semilyar pun belum mampu menyebutkan sifatnya secara lengkap. Elegi Tes Jawab Singkat ini pun merupakan elegi yang memperbincangan yang ada dan yang mungkin adam. Mari kita simak bersama.

Elegi Pemberontakan Tes Jawab Singkat

Begawat
Wahai tes jawab singkat nampaknya aku kok melihat dirimu sepertinya tak gembira dan tampak bersungut-sungut

Tes Jawab Singkat
Bukankah Tuan sendiri yang menyebabkan seperti ini keadaannya. Wahai Begawat jika engkau memang ingin disebut Begawat.

Begawat
Aku subjek dari objek. Jika aku pembuat soal, maka aku subjek dan soal adalah objek. Jika aku begawat maka objeknya cantraka. Kalau aku dosen sebagai begawat maka kalian mahasiswa adalah catraka. Kalau aku dewa, anda lah daksanya. Kaya gitu kok repot namanya saja bahasa analog.

Tes Jawab Singkat
Wahai Begawat kenapa engkau bicara sendiri ngalor ngidul ngga karu-karuan? Bukankah engkau itu baru saja bertanya kepada saya mengenai keadaan saya?

Begawat
Oh iya ya lupa, sorry ya…hehehehhehehe
Namanya juga filsafat. Filsafat itu memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Kenapa engkau bertanya tes jawab singkat? Sudah sering kali aku katakan sekarang ini engkau sudah menjadi mitos. Semua para cantraka itu takutnya sama engkau. Tidak mau lagi belajar filsafat. Dia pikir hidup ini hanya dipenuhi oleh dirimu. Yang penting adalah dirimu. Maka aku sebagai dewamu akan mengambil sikap, mengambil langkah dan mengingatkan dirimu. Tetapi rupanya engkau tak tahu diri. Maka marahlah aku kemarin. Aku memperagakan sebetul-betul diriku sebagai seorang dewa bagi dirimu. Kalau aku sudah marah maka nampak kejam sekali. Bukankah engkau sudah merasakannya? Maka berhati-hatilah bahwa sebenar-benar musuhmu sebagai mitos adalah logosku.

Tes Jawab Singkat
Iya iya iya… Saya tahu. Baik lah Begawat tetapi saya merasakan sebenar-benar dirimu kemarin adalah berlaku tidak adil kepada saya. Engkau berlaku semena-mena, sangat kejam dan mencampakkan diriku seakan-akan aku tiadalah arti di dunia ini.

Begawat
Lalu apa yang sebenarnya engkau inginkan?

Tes Jawab Singkat
Yah ketika seseorang sudah tertutup mata hati dan pikirannya. Apalah guna sebuah saran, usul apalagi nasehat? Anda sendiri yang memulai, tentu anda sendiri yang mengakhirinya, dan anda sendiri yang mengetahuinya. Namun kenapa aku yang disuruh memberikan solusi. Sebenar-benar diriku tidak lah berdaya di depanmu.

Begawat
Ooooooh begitu… Singkat kata engkau itu menuntut keadilan?

Tes Jawab Singkat
Iyalah…... Apalagi? Bukankah engkau sebenar-benar Sang Begawat tahu bahwa sejelek-jelek diriku ada manfaatnya. Engkau gemborkan kesana kesini mengatakan manfaatku untuk mengadakan yang ada dan yang mungkin ada. Namun kenapa engkau telah tergoda berlaku parsial dan dzolim terhadap diriku? Padahal sebenar-benar diriku itu ada, mengada dan ada pengadanya di dalam dirimu atau di luar dirimu.

Begawat
Kalau begitu apa sebetulnya keinginanmu? Tolong sampaikan kepada saya, wahai tes jawab singkat. Sekali lagi saya tidak bisa memberikan solusi dan saya juga tidak perlu bertanya lebih banyak tentang dirimu karena aku telah engkau perlakukan dengan semena-mena. Ada di sini cantraka yang kemarin tidak masuk makanya sedikit blank.

Tes Jawab Singkat
Oh siapa?

Begawat
Itu Bu Retno itu...

Tes Jawab Singkat
Wahai Begawa, berhati-hatilah engkau, jangan mentang-mentang kamu sedang berkuasa. Suaramu itu direkam di mana-mana dan bisa diperdengarkan. Kalau rekaman itu isinya salah, maka itu mah ilegal. Karena yang legal hanya yang benar-benar saja. Wahai orang tua berambut putih, tolonglah diriku, aku ingin minta tolong kepadamu sekaligus mengajukan pertanyaan. Tolonglah diriku untuk menghadapi Sang Begawat yang saat ini telah menjelma menjadi mitos melebihi diriku.

Orang Tua Berambut Putih
(konvensi tidak tertulis, orang tua berambut putih akan selalu datang jika ada pertanyaan)
Hae hae hae hae hae, Sekali lagi, hae…........
Ada apa wahai tes jawab singkat, engkau mengajukan pertanyaan kepada diriku? Padahal sebenar-benar diriku akan muncul di manapun dan kapanpun jika ada pertanyaan. Silakan ajukan pertanyaanmu dan apa persoalanmu?

Tes Jawab Singkat
Baiklah orang tua berambut putih. Sadar atau tidak sadar, diketahui atau tidak diketahui, pasti engkau sadar dan pasti engkau mengetahuinya.  Kan begitu. Inilah aku sedang mengalami situasi di mana aku didzolimi. Luar biasa. Selama ini aku terus terang telah mengambil manfaat dari logos untuk menjadi mitos, tapi ternyata logos telah menjadi mitos. Logos Begawat telah menjadi mitos Begawat. Nah untuk itu saya mengajukan pertanyaan atau mohon solusinya. Apakah yang harus saya kerjakan?

Orang Tua Berambut Putih
Benar Begawat? Apakah begitu kejadiannya?

Begawat:
Kejadian yang mana?

Orang Tua Berambut Putih:
Oooo yaaaa… Ternyata aku juga sudah mengetahui bahwa Sang Begawat sedang tertutup mendung hati dan fikirannya. Wahai Begawat, Begawat! Hai Begawat! Banguuuun!!!!!!!!!!!

Begawat:
Ouk ouk ouk...
Ouk ouk ouk yaaa...
Ouk ouk ouk...
Ouk ouk ouk yaaa...

Orang Tua Berambut Putih:
Hukumnya, betapa pun hebatnya engkau Begawat, engkau tentulah harus takut juga dengan Orang Tua Berambut Putih. Karena engkau adalah obyeknya dan karena engkau adalah sifatnya. Aku peringatkan kepada dirimu dalam waktu yang sebatas ini, ketahuilah bahwa dirimu telah bersifat parsial. Ketahuilah pula bahwa sifat parsial itu sumber ketidakbahagiaan di dunia. Lihatlah Cantraka itu mereka pontang panting kesana kesini. Itu fenomena Cantraka, engkau tidak  bisa merasakan bagaimana susah dan sedihnya seorang Cantraka mengikuti jejak klaim yang engkau dirikan seakan-akan sebagai mitosnya logos.

Begawat:
Heeeeeeemmmmmm mitosnya logos??????????

Orang Tua Berambut Putih:
Logosnya mitos!!!!!!!!!

Begawat:
Heeeeemmmm logosnya mitos?????????

Orang Tua Berambut Putih:
Mitosnya mitos!!!!!!!!!!

Begawat:
Heeeeemmmmm mitosnya mitos???

Orang Tua Berambut Putih:
Logosnya logos!!!!!!!

Begawat:
Heeeeem logosnya logos????

Orang Tua Berambut Putih:
Logosnya logos logos logos! Mitosnya mitos mitos mitos! Logos logos slogos bathok!
Apakah engkau sadar, wahai Begawat?

Begawat:
Krrrk. Krrrk. Krrrk. Ya ampun….. ya ampun…... Maafkan Tuan, Orang Tuan Berambut Putih. Baru kali ini aku menyadari ternyata ada logosnya dari logos logos.

Orang Tua Berambut Putih:
Logos logos logos. Mitos mitos mitos. Kualitatif kualitatif kualitatif. Kuantitatif kuantitatif kuantitatif, dan seterusnya semaumu, semau kita, semau Cantraka. Itulah dunia menuju kelengkapan dariku diriku yang tidak serba lengkap atau ketidaklengkapan. Oleh karena itu wahai Begawat, dengan ini aku perintahkan kepada dirimu. Berilah kesempatan dan berlakulah adil terhadap mitos-mitos dan logos-logos untuk berikhtiar agar mitos menuju logos. Klaim mu bahwa mitos adalah mitos belum tentu sesuai dengan ruang dan waktunya. Klaim mu bahwa dirimu adalah logos juga belum tentu sesuai dengan ruang dan waktunya.

Begawat:
Singkatnya bagaimana Orang Tua Berambut Putih?

Orang Tua Berambut Putih:
Singkatnya, minggu depan boleh engkau adakan lagi tes jawab singkat.

Orang Tua Berambut Putih Kedua:
Ou ou ou ou ouuuuuuu.......

Begawat:
Ada apa Orang Tua Berambut Putih Kedua?

Orang Tua Berambut Putih Kedua:
Saya telah menyaksikan Sang Begawat mendapatkan wahyu. Karena sang Begawat mendapatkan wahyu, maka tes jawab singkat juga mendapatkan wahyu dan Cantraka juga mendapatkan wahyu. Wahyu berwahyu dan logos berlogos.

Begawat:
Oh begitu… Saya menyadari karena masih banyak yang mungkin ada dan perlu diadakan.


Demikian lah Elegi Pemberontakan Tes Jawab Singkat. Itu lah sebenar-benarnya proses terjadinya elegi. Oleh karena itu sejak awal Prof Marsigit menyampaikan bahwa filsafat itu unik dan aneh kalau sudah terkena ruang dan waktu. Pesan yang ingin disampaikan dalam elegi-elegi adalah aspek dari hermeunitika, yaitu terjemah dan menerjemahkan. Semoga bermanfaat.