Jumat, 18 Desember 2015

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 16 Uji Petik Filsafat “Critique of Pure Reason”

Uji Petik Filsafat
Critique of Pure Reason”

Berikut merupakan refleksi dari pertemuan ke tiga belas perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 15 Desember 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Pada perkuliahan yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A ini diisi dengan “uji petik” seperti yang telah direncanakan pada pertemuan sebelumnya. Ujian ini bertujuan agar mahasiswa menyadari seberapa kemampuan kita dalam memikirkan dan sejauh mana  kita memahami filsafat setelah mengikuti perkuliahan.

Buku yang ditampilkan dalam uji petik kali ini merupakan buku karangan Immanuel Kant yang berjudul Critique of Pure Reason yang ditulis pada tahun 1781. Kita dapat melihat bagaimana Immanuel Kant membuat tulisan dalam bidang filsafat yang dituangkan dalam buku-bukunya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kita orang-orang di Indonesia masih berjuang untuk menjadi manusia, namun Immanuel Kant sudah memikirkan jauh. Dalam uji petik ini dilakukan dengan menampilkan bagian dari buku, kemudian mahasiswa diberikan waktu yang singkat untuk memahami dan menuliskan ide pokok dalam paragraf tersebut dalam satu kata. Kemudian dibahas bersama mengenai what the paragraph talking about. Pada salah soal, ada yang berkaitan dengan time, dimana Kant mendefinisikan tentang waktu. Tulisan Kant tersebut sesungguhnya sangat filosofis, dimana dalam suatu kalimat Kant pun mengatakan bahwa time is not an imperical conception yang berarti bahwa waktu bukanlah pengalaman. Namun waktu memerlukan ruang, jadi waktu tidak mungkin ada jika tidak ada ruang. Sehingga jika kita mendefinisikan waktu harus lah dengan ruang. Kata “kapan” hanya bisa bermakna jika ada “di mana”, maka tidak ada “kapan” jika tidak ada “di mana”. Dalam tulisan Kant tersebut terdapat transcendental expositon of the concept dimana secara sederhananya, ini adalah waktunya para dewa. Kalau dewa terlambat itu dikarenakan ada keperluan lain, tetapi jika daksa yang terlambat maka itu adalah ketidaktahu dirian. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa waktunya para dewa itu berbeda dengan waktunya para daksa. Kemudian terdapat pula transcendental esthetic. Secara hukum kodrat alam, menetukan metode adalah suatu hakekat. Metode tersebut digunakan untuk menentukan nilai kebenaran/etik, setelah itu baru lah digunakan untuk menentukan keindahan/estetika. Secara lengkapnya mengenai apa yang dikemukakan oleh Immanuel Kant dapat dibaca pada buku Critique of Pure Reason.


Demikian refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pada pertemuan ke tiga belas. Apa yang telah dilakukan Immanuel Kant tentu menjadi inspirasi bagi kita, dimana ketika saat itu dia sudah berpikiran jauh, memikirkan yang belum terpikirkan oleh yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar