Sempurna
dalam Ketidaksempurnaan
Venti
Indiani | 15709251057
Pend.Matematika
PPs UNY 2015
Tulisan
ini terinspirasi oleh mata kuliah Filsafat Ilmu yang disampaikan oleh Prof. Dr
Marsigit,MA pada kelas Pascasarjana Prodi Pendidikan Matematika pada hari
Selasa tanggal 15 September 2015 pukul 11.10 – 12.50 WIB di Ruang Kuliah
R.305B.
Objek filsafat terdiri
atas dua yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Masing-masing objek memiliki
banyak sifat-sifat yang tidak akan mampu disebutkan seluruhnya satu per satu
oleh manusia. Objek filsafat menjadi suatu yang subjektif karena bisa jadi
menjadi ada bagi seseorang, namun menjadi yang mungkin ada bagi orang lain,
begitu pun sebaliknya. Maka yang ada dan yang mungkin ada itu tergantung bagi
siapa. Contohnya, tanggal lahir seseorang yang tak kamu kenal adalah sebagai
sesuatu yang mungkin ada bagi kita. Namun tanggal tersebut adalah sesuatu yang
ada bagi yang tahu. Maka ketika yang tahu memberi tahu kita tanggal lahir
tersebut, sesuatu yang tadinya mungkin ada bagi kita menjadi sesuatu yang ada
bagi kita.
Hakikat dari belajar
jika dipandang dari sudut pandang filsafat adalah mengadakan yang tadinya belum
ada bagi siswa menjadi ada. Maka jika berbicara mengenai filsafat, tidak
masalah apapun metode, strategi, maupun pendekatan yang digunakan, karena
hakekat apa itu belajar telah disebutkan sebelumnya yaitu mengadakan yang tidak
ada bagi siswa menjadi ada bagi siswa. Manusia adalah makhluk Tuhan yang sangat
halus. Dengan besarnya nikmat Tuhan pada kita sehingga untuk menerima informasi
dari orang lain tidak harus menginputkan data seperti memasukkan data pada
komputer. Tubuh kita tidak menunjukkan respon secara fisik ketika informasi
masuk ke dalam diri kita. Bisa kita bayangkan misalnya ketika kita menerima
informasi kemudian tubuh kita bergetar, pasti lah hidup menjadi cepat lelah.
Bisa dibayangkan jika kita harus mencharger tubuh kita ketika kita drop. Pasti
hidup akan menjadi sangat tidak nyaman. Maka dengan begitu sudah seharusnya
dalam kondisi sempurna di dalam ketidaksempurnaan manusia lebih banyak
bersyukur pada Sang Pencipta, karena manusia adalah sehalus-halusnya makhluk
yang sempurna meski dalam ketidaksempurnaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar