Minggu, 20 September 2015

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 2


Sempurna dalam Ketidaksempurnaan
Venti Indiani | 15709251057
Pend.Matematika PPs UNY 2015

Tulisan ini terinspirasi oleh mata kuliah Filsafat Ilmu yang disampaikan oleh Prof. Dr Marsigit,MA pada kelas Pascasarjana Prodi Pendidikan Matematika pada hari Selasa tanggal 15 September 2015 pukul 11.10 – 12.50 WIB di Ruang Kuliah R.305B.
Objek filsafat terdiri atas dua yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Masing-masing objek memiliki banyak sifat-sifat yang tidak akan mampu disebutkan seluruhnya satu per satu oleh manusia. Objek filsafat menjadi suatu yang subjektif karena bisa jadi menjadi ada bagi seseorang, namun menjadi yang mungkin ada bagi orang lain, begitu pun sebaliknya. Maka yang ada dan yang mungkin ada itu tergantung bagi siapa. Contohnya, tanggal lahir seseorang yang tak kamu kenal adalah sebagai sesuatu yang mungkin ada bagi kita. Namun tanggal tersebut adalah sesuatu yang ada bagi yang tahu. Maka ketika yang tahu memberi tahu kita tanggal lahir tersebut, sesuatu yang tadinya mungkin ada bagi kita menjadi sesuatu yang ada bagi kita.
Hakikat dari belajar jika dipandang dari sudut pandang filsafat adalah mengadakan yang tadinya belum ada bagi siswa menjadi ada. Maka jika berbicara mengenai filsafat, tidak masalah apapun metode, strategi, maupun pendekatan yang digunakan, karena hakekat apa itu belajar telah disebutkan sebelumnya yaitu mengadakan yang tidak ada bagi siswa menjadi ada bagi siswa. Manusia adalah makhluk Tuhan yang sangat halus. Dengan besarnya nikmat Tuhan pada kita sehingga untuk menerima informasi dari orang lain tidak harus menginputkan data seperti memasukkan data pada komputer. Tubuh kita tidak menunjukkan respon secara fisik ketika informasi masuk ke dalam diri kita. Bisa kita bayangkan misalnya ketika kita menerima informasi kemudian tubuh kita bergetar, pasti lah hidup menjadi cepat lelah. Bisa dibayangkan jika kita harus mencharger tubuh kita ketika kita drop. Pasti hidup akan menjadi sangat tidak nyaman. Maka dengan begitu sudah seharusnya dalam kondisi sempurna di dalam ketidaksempurnaan manusia lebih banyak bersyukur pada Sang Pencipta, karena manusia adalah sehalus-halusnya makhluk yang sempurna meski dalam ketidaksempurnaannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar