Senin, 02 November 2015

Filsafat Ilmu: REFLEKSI 10 Tanya Jawab Filsafat “Membangun Filsafat, Menembus Ruang dan Waktu”

Tanya Jawab Filsafat “Membangun Filsafat, Menembus Ruang dan Waktu”
Venti Indiani | 15709251057

Assalmualaikum warohmatullohi wabarokatuh

Berikut merupakan refleksi dari pertemuan ke tujuh sesi kedua perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 27 Oktober 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Sesi kedua berisi kegiatan tanya jawab antara mahasiswa dengan Prof. Dr. Marsigit, M.A dengan tema “Membangun Filsafat, Menembus Ruang dan Waktu”. Berikut merupakan rangkuman dari sesi tanya jawab:
Pertanyaan 1 (Sdri. Azmi Yunianti)
Beberapa kali mengikuti ujian filsafat, nilai yang didapatkan memprihatinkan. Menjawab dengan berfikir saja salah, apalagi tidak? Sebenarnya apakah yang salah, apakah karena pikiran atau bagaimana?
Tanggapan Prof. Marsigit M.A
Mendapatkan nilai yang jelek itu adalah benar di dalam filsafat. Nilai yang jelek itu merupakan contoh dari Fallibilisme. Fallibilisme adalah prinsip filosofis bahwa manusia bisa salah. Istilah ini diambil dari kata latin abad tengah Fallibilis. Konsep ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan dikarenakan ilmu pengetahuan mencari validitas kebenaran. Melalui paham tersebut memberikan pemaham kita sebagai pendidik ketika mendapatkan “anak yang melakukan kesalahan” merupakan “kebenaran dalam filsafat” karena berdasarkan faham Fallibilisme “Salah itu benar dalam filsafat”.  Terkait dengan nilai yang belum meningkat merupakan pertanda bahwa “Anda Masih perlu memperbanyak Bacaan” karena dalam tes ini bukan hanya mengukur kemampuan tetapi sebagai pembelajaran bahwa ternyata menyadari bahwa aku belum faham itu penting. Oleh karena itu agar nilai dapat meningkat maka tingkatkanlah bacaan sehingga nantinya dapat berfikir isomorfis dengan Prof. Marsigit. Berfikir isomorfis merupakan pemikiran yang sepadan yang menggambarkan pemetaan satu-satu. Contohnya pemikiran seseorang mengatakan bahwa Indonesia ada Jakarta, di benua Kutub ada beruang merupakan contoh pemikiran Isomorfis. Setiap orang dapat mengatakan apa yang difikirkannya kecuali orang yang mabuk atau gila. Tujuan diadakannya tes jawab singkat adalah agar seseorang dapat rendah hati dalam bidang keilmuan. Namun perlu diketahun bahwa rendah hati tidak sama dengan rendah diri. Rendah hati maksudnya adalah agar seseorang tidak merasa sombong dalam menuntut ilmu. Di dalam tingkatan normatif pemikiran ketika seseorang yang merasa sombong dalam dirinya maka seseorang tersebut telah terkena mitos. Kerena setinggi-tingginya pemikiran maka ancamannya adala mitos. Kerena dalam berpikir seseorang mempunyai batas yaitu Spiritual. Ada kalanya seseorang ketika berada dalam tingktan spiritual maka pikiran seseorang harus  terhenti dan diturunkan ke hati, contohnya ketika proses ibadah (doa). Doa yang diteruskan dari pemikiran yang terhenti akan diteruskan ke hati sehingga akan diambil alih oleh Sang Maha Kuasa.
         
Pertanyaan 2 (Sdri. Evvy Lusiana)
Bagaimana pandangan filsafat tentang pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu?
Tanggapan Prof. Marsigit M.A
Mengenai pemimpin berarti ada pemimpin dan ada yang dipimpin termasuk struktur dunia yang lengkap berdimensi. Tingkatan pemimpin lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatan orang yang dipimpin.  Pemimpin merupakan dewa bagi orang yang dipimpin. Sehingga Logika Para Dewa berarti Logika Para Pemimpin. Contohnya kamu merupakan dewa bagi adekmu dan adekmu merupakan transenden bagi dirimu. Sehingga divisualisasikan dalam bentuk perwayangan atau cerita sehingga berbicara yang berkaitan dengan Para Dewa pun sebenarnya juga berstruktur seperti ada Dewa Raja, ada Dewa Prajurit, ada Dewa Perdana Menteri, ada Dewa Lurah dan seterusnya. Oleh karena itu, masing-masing memiliki logika Para Dewa, kontradiksi Para Dewa, kesalahan Para Dewa dan seterusnya. Mengenai pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu yang baik berarti dapat dianalogikan sebagai hubungan antara subyek dan predikat yang mempunya dimensi yang lebih tinggi. Pemimpin adalah subyek yang tugasnya sebagai pemimpin adalah predikat. Menjadi pemimpin yang baik  harus memenuhi dimensi yang lebih tinggi maka pikiran lebih luas dan dalam serta pengalaman yang lebih luas dan mendalam. Baik secara fisik seorang pemimpin harus kuat. Sebenar-benar hidup adalah peningkatan dimensi menuju dimensi yang lebih baik. Manusia hidup menuju dimensi yang lebih baik di garis yang lurus di siklik yang berputar. Pada perputaran siklik ada fase dimana manusia lupa ketika telah lanjut usia dan kembali ke sifat kekanak-kanakan. Fase siklik dari kehidupan yang terluar adalah adalah spiritual. Fase siklik inilah yang tidak dimiliki oleh negeri Barat. Fase siklik negeri Barat merupakan diagram lurus (open ended) yang memiliki ended yang terbuka sehingga tidak mengerti hidupnya mau kemana ujungnya mau kemana dan tujuannya kemana. Siklik terluar di negeri kita adalah Spriritualitasme yang berpengang teguh pada keyakian masing-masing dan dipayungi oleh spriritualisme masing-masing. Sehebat-hebat pikiran maka berhentilah dan mulai mengambil air wudhu kemudian sholat bagi umat muslim dan beribadah yang lain sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Sebenar-benar manusia adalah tidak ada yang lengkap dan sempurna. Misalnya penglihatan manusia yang tidak lengkap merupakan sifat yang harus disyukuri sebab jika manusia memiliki penglihatan yang lengkap maka manusia tidak akan hidup dengan tenang. Sehingga sebenar-benar manusia memiliki sifat determinis yang merupakan menentukan yang ditentukan merupakan dipilih sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Pertanyaan 3 (Sdri. Tri Rahma Silviani)
Bagaimanakan agar dapat menembus ruang dan waktu itu dengan ikhlas?
Tanggapan Prof.Marsigit M.A
Caranya adalah sesuai dengan hukum Tuhan dan SunnatullahNya beserta kondratnya yang dimana ikhlas juga termasuk kodratNya. Maka definisi ikhlas menurut Beliau dimulai dari level bawah dari spiritual dalam filsafat merupakan keikhlasan itu menembus ruang dan waktu. Maka sebenar-benar keikhlasan menembus ruang dan waktu adalah keikhlasan itu sendiri. Karena keihlasan merupakan salah satu kodrat Tuhan maka jalanilah hidup ini sesuai dengan kodratnya. Ketika ada pemaksaan kehendak itulah yang disebut tidak ikhlas dimana keadaan yang salah dalam menembus ruang dan waktu. Membangun hidup yang sebenar-benar sesuai dengan ruang dan waktu adalah dengan melakukan silaturahim, komunikasi, kemandirian dan hal lainnya dengan ikhlas agar dapat menembus ruang dan waktu dengan benar.

Pertanyaan 4 (Sdi. Fitriani)
Apa bedanya Para Dewa dengan Power Now?
Tanggapan Prof Marsigit, M.A 
Ayam itu Dewanya Cacing
Cacing itu Dewanya Tanah
Kakak Dewanya Adeknya
Engkau Dewa dari Kendaraamu
Mentri merupakan Dewanya Dosen
Pengulu merupakan Dewa pernikahan
Maka sebenar-benar yang dimaksud oleh para Dewa adalah subjeknya. Sehingga di dunia ini Amerika itu merupakan negara Dewa. Sama halnya dengan Rusia dan Cina merupakan negara para dewa karena memiliki senjata nuklir yang dimana bisa atau mampu menghancurkan sebuah negara. Sehingga kumpulan ilmu politik, sosio politik, dan seterusnya jadilah istilah  POWER NOW yang dibuat oleh negara dewa tersebut. Dimulai dengan peradaban harkaik yang merupakan kehidupan manusia pada zaman batu kemudian Tribal yang merupakan masyarakat pedalaman dilanjutkan tradisional, modern dan Power Now. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dewanya adalah Barrack Obama sedangkan Power Now adalah kekuasaan dari negara Dewa tersebut.

Pertanyaan 5 (Sdi.Nur Afni)
Apa bedanya Power Now dengan Multifaced?
Tanggapan Prof. Marsigit M.A,
Multifaced itu digambarkan denga orang yang super maka tidak cukup kalau wajahnya cuma satu. Sehingga yang dilakukan oleh super power dalam perwayangan yaitu Prabu Rahwana dengan banyak muka sehingga dikatakan Dasa Muka. Dasa muka meunjukkan hidup yang standar ganda. Jika mukanya satu maka standarnya satu kalau mukanya 10 maka standarnya 10 untuk memanipulasi ruang dan waktu. jangankan mukanya 10, orang yang mukanya 1 saja bisa punya banyak standar. Oleh karena itu, di daerah bergaul dengan negara-negara Super Power dan sebagainya selalu menerapkan standar ganda. Standar ganda merupakan dua sisi yang berlainan seperti disisi lain ingin membantu namun di sisi lain ingin mengambil keuntungan. Sehingga sebenarnya menggambarkan standar ganda dengan menggunakan kata ganda pun tidak cukup sehingga diganti multistandar. Dalam dunia perwayangan dunia jahat dikalahkan oleh kebaikan diibaratkan dengan Prabu Wijaya yang dibantu oleh Hanoman. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidk boleh hanya berperan satu atau dua saja dalam hidup ini. Tentu bagaimana mimik muka disesuaikan dengan keadaan dan tentu sesuai dengan ruang dan waktu.

Pertanyaan 6 (Sdri. Retno Kusuma Dewi)
Bagaimanakah filsafat memandang perbedaan agama?
Tanggapan Prof Marsigit M.A.,
Perbedaan agama merupakan suatu hal yang berdimensi dan berlevel. Sesuai dengan tingkatannya yaitu Material, Formal, Normatif dan Spiritual. Masing-masing mempunyai dimensi dan level yang sesuai dengan ruang dan waktu. Seperti halnya ibadah, seorang muslim tidak dapat mengajak seseorang yang beragama lain untuk mengikuti ibadah ke masjid, begitu juga sebaliknya. Ibadah jika diturunkan akan menjadi Ilmu-ilmu bidang seperti politik, tata negara. Dalam falsafah Pancasila terdapat monodualisme yaitu hablumminallah yang merupakan hubungan antara makhluk dengan makhluknya dan hablumminannas meupakan hubungan dengan sesama manusia. Sehingga dalam Pancasila relevan mencerminkan bangsa Indonesia yaitu toleran yang meghargai perbedaan. Sebenar-benar manusia di bumi ini adalah tidak ada yang sama. Semua memiliki skope masing-masing yang membedakan antara yang satu dengan yang lainya baik skope agama, keluarga, kuliah, tugas, fungsi dan sifat-sifat yang ada dan mungkin ada. Semua memiliki budaya tersendiri. Budaya yang satu dengan budaya yang lain dapat membentuk kemistri, dapat dipikirkan, dapat diinginkan dan dapat dilakukan. Maka kontradiksi itu hanya dipikiran saja namun tetaplah damai dalam hati. Filsafat adalah dirimu sendiri, maka bangunlah dirimu sendiri dengan memperbanyak bacaan.

Demikian ulasan pada sesi tanya jawab langsung mahasiswa dengan Prof Marsigit, MA. Semoga dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan kita utamanya dalam belajar filsafat. Amin.


Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh

2 komentar: